Ilmuwan Pelajari Sel Kekebalan Nyamuk, Mengapa Bisa Kebal Parasit?

By Wawan Setiawan, Sabtu, 28 Agustus 2021 | 14:00 WIB
Parasit malaria membunuh setengah dari mereka yang terinfeksi. (mrfiza/Depositphotos )

Nationalgeographic.co.id - Seperti yang telah lama kita ketahui, bahwa ada keterkaitan unik antara nyamuk dan penyebaran suatu macam penyakit. Salah satu contohnya adalah malaria. Seringkali, nyamuk menjadi perantara dari benih penyakit malaria. Ia akan terbang membawa benih parasit itu, lalu manakala ia menghisap darah manusia, benih penyakit itu pun ikut serta masuk ke dalam darah manusia.

Sistem kekebalan manusia yang lemah tentunya dapat dengan mudah terserang oleh penyakit yang dibawa nyamuk tersebut. Namun, yang dipertanyakan oleh para ilmuwan, mengapa parasit tersebut tidak bisa melumpuhkan kekebalan tubuh si nyamuk itu sendiri? Apa yang menyebabkannya demikian? Nah, dalam studi baru ini berisi tentang pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana sel-sel kekebalan tubuh itu berfungsi, terutama pada nyamuk.

Dalam studi baru tersebut, para ilmuwan telah berhasil mengidentifikasi adanya sel kekebalan nyamuk dalam bentuk yang baru, sel itu disebut hemosit. Sel hemosit inilah yang memiliki peran bagaimana nyamuk dapat menularkan parasit penyebab malaria.

Baca Juga: Ilmuwan Mencoba Mencegah Malaria dengan Rekayasa Genetik Nyamuk

Gambar yang diperbesar ini menunjukkan populasi campuran sel kekebalan nyamuk yang dilambangkan dengan ekspresi penanda seluler berbeda yang ditampilkan oleh warna hijau dan merah. Mempelajari perbedaan di antara sel-sel kekebalan nyamuk dapat membantu para ilmuwan mempelajari bagaimana serangga menularkan penyakit ke manusia dan spesies lain. (Ryan Smith)

Penyakit malaria disebabkan karena parasit yang disebut Plasmodium. Parasit ini membutuhkan dua inang untuk menyelesaikan siklus hidupnya, yaitu nyamuk Anopheles dan manusia. Dalam setiap tahapannya, parasit ini akan mengalami bentuk yang berbeda-beda melibatkan reorganisasi besar-besaran dari sitoskeleton atau kerangka sel.

Kerangka sel ini terdiri dari beberapa gerakan filamen, termasuk aktin dan tubulin. Ketika parasit berubah di antara tahap perkembangannya, sitoskeletonnya mengalami penataan ulang radikal yang diulang-ulang. Secara khusus, parasit membutuhkan sitoskeleton yang sangat spesifik untuk bergerak dan menembus penghalang membran sel inangnya, ini merupakan dua proses utama patogenesis parasit penyebab malaria.

Dilansir dari Techexplorist.com, Ryan Smith, seorang profesor entomologi di Iowa State University, mengatakan, “Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa sel kekebalan nyamuk sangat penting untuk kemampuan mereka dalam menularkan penyakit. Dari perspektif itulah, kami belum tahu banyak tentang aspek molekuler seperti apakah sel-sel kekebalan itu.”

Baca Juga: Nyamuk Gemar Menghisap Darah Orang Tertentu? Benarkah Gen Penyebabnya?

Untuk mendukung penelitian ini, para ilmuwan yang berasal dari Iowa State University, menggunakan pengurutan RNA sel tunggal dalam upaya mengungkap karakterisasi sel kekebalan nyamuk. Mereka menemukan, sel hemosit nyamuk menampilkan kompleksitas yang lebih besar daripada perkiraan sebelumnya. Mereka juga menemukan adanya proses pematangan dari beberapa sel dan pembedaan sel.

Studi sel tunggal ini tidak hanya dilakukan pada nyamuk saja, melainkan juga pada serangga yang lain. Ilmuwan menemukan adanya perbedaan dan persamaan yang signifikan antara nyamuk dan serangga lain.

Plasmodium pada tahap ookinete dilihat dengan mikroskop ekspansi. Gambar menunjukkan sitoskeleton patogen mengikuti pelabelan tubulin. Conoid adalah cincin yang terlihat di ujung atas sel. (UNIGE/HAMEL)

Dari hasil studi ini, Smith memiliki pandangan tentang apa yang bisa dilakukan untuk masa depan. Ia membayangkan bagaimana jika suatu saat nanti akan dapat diproduksi nyamuk-nyamuk yang sudah menjalani proses modifikasi secara genetik agar dapat mengekspresikan sel-sel kekebalannya secara berlebihan, tetapi mengurangi kemampuannya dalam menularkan patogen penyebab penyakit. Kemudian nyamuk-nyamuk yang resisten ini akan diterbangkan ke populasi alam liar sehingga ia nantinya dapat berkembang biak dengan nyamuk lain dan menghasilkan keturunan yang memiliki sifat-sifat genetik ini.