Saat pagi hari, atau dengan intensitas cahaya yang normal, tutup kepompong ini anak terlihat berwarna putih susu, namun warnanya akan berubah ketika terkena cahaya terik di siang hari. Pada malam hari, cahayanya akan mampu terlihat dari sekitar 20 meter. Tulis penerbit yang dikutip dari Journal of the Royal Society Interface, 24 Agustus 2021.
Cahaya sutra ini sungguh memesona, para peneliti telah mengonfirmasi bahwa cahaya ini ada dalam kisaran panjang gelombang yang bisa tertangkap mata para tawon.
“Mereka sangat sensitif terhadap warna hijau,” kata Schöllhorn dilansir dari The Atlantic.
Para ilmuwan ini melakukan uji coba membandingkan tawon tersebut dengan dua tawon bergenus Polistes lainnya: Pertama, tawon dari hutan hujan Amazon yang ada di Gunaya Prancis; Kedua, tawon yang berasal dari selatan Prancis yang beriklim sedang.
Baca Juga: Si Pemandu Madu, Kemampuan Satwa Liar Berkomunikasi dengan Manusia
Ketiga sarang ini memiliki kemiripan bentuk tutup kepompong yang bercahaya. Namun, memiliki perbedaan signifikan yang ditunjukan oleh intensitas cahaya yang dihasilkan dan seberapa jauh jangkauan cahaya tersebut.
Penemuan ini bisa dibilang cukup misterius. Beberapa pertanyaan dan spekulasi pun muncul tentang penemuan ini. Apakah cahaya ini ada untuk menjadi penujuk pulang para tawon, ataukah cahaya ini dihasilkan oleh tawon berjenis lain yang hinggap sebentar di sana saat sedang beristirahat.
Dalam dunianya, beberapa hewan memang menghasilkan cahaya untuk menarik perhatian pasangannya atau untuk menghidari predator. Namun, hal ini sungguh membingungkan, lantaran cahaya tersebut keluar dari sebuah sarang yang entah untuk apa fungsinya.
Baca Juga: Empat Lebah Hidup di Mata Perempuan Ini dan Meminum Air Matanya