Tidak mungkin hanya sebuah kebetulan belaka, jika cahaya tersebut ada dalam jumlah yang cukup banyak.
“Mungkin ini hanya produk sampingan insidental dari bagaimana sutra dibuat," ujar Liz Tibbetts, ahli tawon kertas di University of Michigan yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa perkembangan larva tawon sangat dipengaruhi oleh panjang relatif siang dan malam. Oleh karena itu, tutup kepompong yang bersinar dapat membantu mengontrol seberapa banyak cahaya matahari mencapai larva saat mereka tumbuh menjadi kepompong.
Baca Juga: Cantiknya Lebah 'Pelangi' Australia, Terbang Sampai Indonesia
“Hipotesis ini adalah hipotesis yang paling saya suka,” kata Schöllhorn.
Dalam masa mendatang, para peneliti akan melakukan percobaan terhadap cahaya tersebut. Apakah cahaya itu akan memiliki fungsi dan bisa digunakan dalam dunia kedokteran, contoh utama yang menggunakan cahaya fluoresen adalah pelebelan molekul dalam tubuh manusia.
Pengembangan lain juga bisa dilakukan untuk sarang ini. Misalnya, pembuatan semacam lampu yang bisa menjadi petunjuk jalan bagi para penjelajah hutan dan bagi siapa saja yang masuk ke hutan dengan tujuannya tersendiri.
“Pengembangan dan penelitian akan terus dilakukan terkait dengan sarang tawon ini. Kami juga akan terus mencari tahu apakah sarang tawon dari jenis lain juga bisa bercahaya seperti ini dan tentu akan kami kembangkan,” ujar Schöllhorn
Baca Juga: Penemuan Unik, Lebah Berjenis Kelamin Setengah Betina Setengah Jantan