"Sinyal saraf tertentu terjadi sekitar setengah detik setelah kesalahan yang disebut kesalahan positif, yang terkait dengan pengenalan kesalahan sadar. Kami menemukan bahwa kekuatan sinyal ini meningkat pada para meditator relatif terhadap kelompok kontrol."
Temuan para peneliti dalam studi ini menawarkan jendela yang menjanjikan ke dalam potensi meditasi berkelanjutan. "Temuan ini adalah demonstrasi kuat tentang apa yang dapat dihasilkan dari hanya 20 menit bermeditasi, yakni untuk meningkatkan kemampuan otak untuk mendeteksi dan memperhatikan kesalahan," ujar Jason Moser.
Praktik meditasi dan mindfulness (keadaan mental yang dicapai dengan memfokuskan kesadaran seseorang pada saat ini, sambil dengan tenang mengakui dan menerima perasaan, pikiran, dan sensasi tubuh) telah menarik banyak orang dalam beberapa tahun terakhir. Lin adalah salah satu dari sekelompok kecil peneliti yang mengambil pendekatan ilmu saraf untuk menilai efek psikologis dan kinerja dari praktik-praktik yang kerap dijadikan sebagai media terapi tersebut.
Baca Juga: Sains Memaafkan, Belajar Memberi Maaf Baik bagi Fisik dan Mental
Ke depan, Lin mengatakan bahwa fase penelitian berikutnya akan mencakup kelompok peserta yang lebih luas. Selain itu, ia dan timnya berencana menguji berbagai bentuk meditasi dan menentukan apakah perubahan aktivitas otak dapat diterjemahkan menjadi perubahan perilaku dengan latihan jangka panjang.
"Senang melihat antusiasme publik terhadap mindfulness, tetapi masih banyak pekerjaan dari perspektif ilmiah yang harus dilakukan untuk memahami manfaatnya, dan yang tak kalah pentingnya, bagaimana cara kerjanya sebenarnya," tutur Lin. "Sudah saatnya kita mulai melihatnya melalui lensa yang lebih ketat."
Baca Juga: Mengapa Yoga Bisa Membantu Mengatasi Stres?