Untuk menentukan apakah kubus itu benar-benar bagian dari program nuklir Nazi, para peneliti melakukan penanggalan radiochrometric padanya dan menemukan bahwa usianya konsisten dengan periode waktu yang diharapkan.
“Kami mendapatkan hasil awal hari ini—artinya Jumat, 20 Agustus—yang menunjukkan bahwa usia kubus kami konsisten dengan usia program nuklir Nazi,” kata Schwantes.
Upaya tambahan sekarang sedang dilakukan untuk mengonfirmasi dari laboratorium Jerman mana kubus itu mungkin berasal serta untuk melacak secara spesifik dari mana bijih uranium itu sendiri berasal.
"Ini adalah salah satu inti dari penelitian Ph.D saya, dan saya sangat bersemangat untuk berkontribusi di lapangan untuk mencoba memeriksa asal-usul geologis material tersebut," kata Robertson.
“Dengan memiliki beberapa jenis pengukuran yang berbeda dalam kumpulan elemen itu, kami dapat mempersempit setidaknya beberapa badan bijih, atau berpotensi menjadi satu badan bijih, yang akan sangat menarik,” tambahnya.
Baca Juga: Kristal Unik Langka Tercipta dari Hasil Uji Coba Bom Nuklir di AS
Pengetahuan ini telah membuka jendela baru untuk menyoroti program nuklir Nazi, yang memiliki tujuan dalam mengembangkan senjata pemusnah massal di hadapan pasukan sekutu. Untungnya, dikarenakan tidak memiliki cukup uranium yang menghasilkan plutonium sebagai hulu ledak, Heisenberg dan Diebner tidak pernah bisa memproduksi senjata nuklir yang dapat berfungsi.
Namun, Schwantes mengajukan kontrafaktual yang mengerikan, “bagaimana jika seandainya kedua ilmuwan Heisenberg dan Diebner memutuskan untuk bergabung dengan timbunan uranium mereka?”
“Saya pikir pertanyaan yang lebih menarik sekarang adalah apakah mereka akan menggabungkan upaya mereka dan menyatukan semua uranium itu,” pungkasnya.