Manuskrip Voynich, sebuah buku misterius telah membuat frustasi para pemecah kode dan ahli linguistik dalam seabad. Manuskrip ini akan diperbanyak hingga 898 kopi untuk membantu para ahli yang lain memecahkannya.
Sebuah perusahaan penerbitan Spanyol telah melindungi hak untuk membuat replika yang sama persis dengan manuskrip yang asli, yang terkunci dalam Beinecke Library di Yale University.
Halaman dari buku telah tersedia secara online, namun sentuhan yang ada pada manuskrip tersebut tak mampu kita tangkap hanya lewat internet, ujar Juan Jose Garcia, direktur rumah penerbitan Siloe.
Siloe, yang memiliki spesialisasi dalam memproduksi faksimili untuk manuskrip tua, akan membuat 898 replika Voynich. Angka untuk memperbanyak manuskrip itu sama seperti misteri kode yang terdapat disana – 898, deretan angka yang jika dibaca akan tetap sama, meski dari belakang maupun depan.
“Perbanyakan” manuskrip itu akan memakan 18 bulan dan membutuhkan kertas khusus yang telah disediakan oleh perusahaan.
“Kami menyebutnya sebagai tantangan Voynich,” ujar Garcia.
Ia juga menambahkan bahwa rencana Siloe untuk menjual cetak ulang manuskrip itu sebesar 7.800-8.900 dolar AS. Sebanyak 300 pemesanan cetakan ulang manuskrip tersebut telah diterima oleh perusahaan.
Sebagai manuskrip paling misterius di dunia, buku ini mengambil nama dari sang penemunya, Wilfrid Voynich. Ia menemukan buku tersebut pada tahun 1912 di Villa Mondragone, dekat Roma. Ia mengklaim bahwa manuskrip tersebut milik Kaisar Habsburg, Rudolf II, pada abad ke-16.
Buku tersebut diperkirakan memiliki 250.000 karakter yang membingungkan. Tulisan terdiri dari kelompok kata dan kalimat yang menggunakan huruf Latin dan angka-angka Romawi. Sedangkan huruf-huruf lainnya tampak bukan dari bahasa yang dikenal.
“Sejak abad 17, upaya pemecahan skrip telah menghasilkan banyak keberhasilan, namun tak satupun dari mereka yang cukup meyakinkan.”
Terdapat gambar-gambar yang dibuat dengan goresan tangan seperti gambar tanaman belum dapat diidentifikasi, simbol astrologi, jaringan kerja pipa, dan gadis telanjang atau mandi dengan cairan hijau yang aneh.
Para peneliti pun akhirnya memisahkan tema manuskrip dalam lima bagian: herbal, astrologi, biologi, pengobatan, dan resep.
“Tujuan dan isi dari manuskrip Voynich mengungkapkan misteri yang dalam,” ujar Marcelo Montemurro, fisikawan teoritik dari University of Manchester di Inggris, dan Damian Zanette dari Statstical Physics Group di Argentina, menuliskannya dalam sebuah makalah tahun 2013 yang dipublikasikan dalam jurnal Plos One.
Voynich percaya bahwa buku itu ditulis oleh Roger Bacon, seorang ilmuwan Inggris abad ke-13, namun teorinya terpatahkan tahun 2011 ketika buku itu ternyata diketahui berasal dari abad ke-15.
Namun maksud asli dari manuskrip masih menunjukkan teka-teki.
“Sejak abad 17, upaya pemecahan skrip telah menghasilkan banyak keberhasilan, namun tak satupun dari mereka yang cukup meyakinkan,” ujar Montemurro.
Banyak spekulasi yang bermunculan mengatakan bahwa manuskrip ini dibuat oleh sekte keagamaan, yang hanya menuliskan dokumen dari bahasa yang telah terlupakan, kode rahasia yang tak terpecahkan, dan resep untuk hidup abadi.
Dengan menggunakan metode komputerisasi untuk menganalisis teks, Montemurro mendemonstrasikan pola struktural bahasa yang diikuti oleh manuskrip.
Saat ini, beberapa replica Voynich akan menjadi koleksi museum dan perpustakaan dengan harapan seseorang akan berhasil memecahkan kodenya.