Monumen Ini Lebih Tua dari Stonehenge, Mengapa Berkait King Arthur?

By Agnes Angelros Nevio, Senin, 30 Agustus 2021 | 22:00 WIB
Monumen batu yang lebih Megah dari Stonehenge ditemukan di Kazakhstan. (Lutfi Fauziah)

Arthur's Stone terdiri atas sembilan batu yang berdiri tegak dan menopang batu penjuru yang sangat besar dengan berat lebih dari 25 ton. Bagian bawahnya terlihat mengarah ke sesuatu yang dianggap sebagai ruangan permakaman, meskipun tidak ditemukan sisa-sisa tulang manusia di sana.

Struktur kuno ini mendapatkan julukannya dari legenda Raja Arthur, yang dikatakan telah melawan invasi Saxon ke Inggris sekitar 1.500 tahun yang lalu.

Beberapa peristiwa sejarah juga telah terjadi di sana, termasuk duel antar kesatria selama “Wars of the Roses” di abad ke-15. Pada 1645, selama Perang Saudara Inggris, Raja Charles beristirahat dan makan malam bersama pasukannya di sana. Sementara menurut situs web Mysterious Britain, julukan Arthur's Stone terinspirasi dari C.S. Lewis untuk "meja batu" di mana Aslan Sang Singa dikorbankan dalam cerita "Narnia"-nya.

Baca Juga: Standing Stone, Susunan Batu-Batu Misterius Kuno Di Australia

Arthur's Stone adalah makam dengan bilik Neolitik, atau Dolmen, yang berasal dari 3.700 SM – 2.700 SM dan terletak di punggung bukit yang menghadap ke Lembah Emas, dan Lembah Wye. (Wikimedia Commons)

Meja Batu. Pada 2013, penggalian mengungkapkan bahwa gundukan tanah pertama di situs Arthur's Stone menunjuk ke apa yang kini disebut 'Halls of the Dead', yang ditemukan oleh Thomas dan timnya di punggung bukit. Lokasinya hampir satu kilometer jauhnya dari monumen batu itu.

Halls of the Dead awalnya adalah bangunan kayu besar, yang sengaja dibakar dan digantikan oleh tiga gundukan tanah, mungkin setelah seorang pemimpin mereka meninggal. Sisa-sisa bangunan kayu serupa telah ditemukan di kuburan Neolitik di Eropa.

“Situs gundukan asli tersebut dijaga oleh tiang kayu runcing dan tegak, sangat mirip dengan gundukan pusat di situs Halls of the Dead. Akan tetapi, tiang-tiang kayu itu segera membusuk dan gundukan itu sudah runtuh, sehingga monumen kedua dibangun di lokasi tersebut hingga 200 tahun kemudian,” kata Thomas.

Batu-batu yang kita lihat hari ini mungkin terdiri atas monumen yang sudah dibangun kembali di tanah kedua yang juga memiliki “jalan” dari tiang kayu yang mengarah ke celah yang menonjol antara dua bukit di cakrawala sekitar 20 kilometer, ujarnya.

"Secara signifikan, elemen-elemen batu berada pada penyelarasan selanjutnya, bersama dengan jalan sebelumnnya, dan itulah salah satu alasan mengapa saya pikir batu-batu tersebut membentuk bagian dari versi monumen yang lebih baru,” kata Thomas.

“Saya pikir penekanan awal penelitian ini adalah pada hubungan internal antara monumen yang terbentuk dengan kompleks tetapi kemudian fokusnya bergeser ke jalur pembahasan yang lain," lanjutnya.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Bukti Wabah Tertua Pada Tulang Wanita Neolitik