Studi Baru Mengungkap Cara Berjalan Tardigrada, Si Pejalan Lambat

By Wawan Setiawan, Sabtu, 4 September 2021 | 13:00 WIB
Tardigrada, si beruang air yang berjalan lambat namun berdaya tahan hidup yang kuat. Cara berjalannya berhasil terungkap oleh studi baru ilmuwan baru-baru ini. (Science Faction Images—SuperStock/age footstock)

Nationalgeographic.co.id - Beruang kecil yang satu ini memang spesial. Bukan hanya ukurannya yang kecil, namun daya tahan hidupnya yang luar biasa telah memukau banyak ilmuwan. Ia mengundang para peneliti untuk melakukan banyak riset agar dapat mengungkap misteri kehidupannya yang dapat bertahan dalam kondisi ekstrem sekalipun.

Ia dikenal oleh banyak orang sebagai beruang air. Nama ilmiahnya sendiri adalah tardigrada. Ia memiliki tubuh yang kecil, pendek, dengan ukuran panjang hanya 0,05 – 1,2 milimeter. Memiliki tubuh gemuk berisi seperti beruang, simetri bilateral, dan merupakan organisme tersegmentasi. Tardigrada memiliki empat pasang kaki, di mana masing-masing dari kakinya terdapat empat hingga delapan cakar. Cukup menyeramkan jika saja ukurannya sebesar beruang kutub.

Hewan kecil yang unik ini sebenarnya tidak bisa berjalan. Akan tetapi, ia menggunakan delapan kaki gemuknya untuk mendorong tubuhnya melalui sedimen laut dan air tawar, bahkan ia juga melintasi bukit pasir dan bawah tanah. Melihat cara jalannya yang unik ini, para ilmuwan penasaran, mengapa hewan kecil ini berevolusi hanya berjalan kaki saja, tidak berevolusi ke cara bergerak yang lain?

Baca Juga: Unik, Tardigrada dengan Perut Berpendar Ditemukan di Spanyol

Tardigrada berjalan dengan cara yang sangat mirip dengan serangga yang 500.000 kali ukurannya. (Lisset Duran)

Pertanyaan tersebut, mengundang para ilmuwan dari Rockefeller University untuk melakukan studi khusus cara berjalan tardigrada. Dan hasilnya cukup memuaskan, mereka berhasil menemukan jawabannya.

Hasil studi baru yang menganalisis gaya berjalan tardigrada ini telah diterbitkan dalam jurnal PNAS pada 31 Agustus 2021 yang mengambil judul Tardigrades exhibit robust interlimb coordination across walking speeds and terrains.

Dilansir dari Tech Explorist, Jasmine Nirody, seorang mahasiswa doktoral di Rockefeller's Center for Studies in Physics and Biology, mengatakan, “Tardigrada memiliki cara bergerak yang kuat dan jelas—mereka bukan makhluk kikuk yang tersandung di gurun atau serasah daun. Kesamaan antara strategi lokomotif mereka dan serangga serta artropoda yang jauh lebih besar membuka beberapa pertanyaan evolusi yang sangat menarik.”

Baca Juga: Spesies Ikan Berjalan yang Singkap Misteri Evolusi Vertebrata Darat

Studi yang dilakukan oleh Jasmine Nirody dan rekan-rekannya ini telah sukses menunjukkan bahwa tardigrada berjalan mirip seperti serangga yang diperbesar hingga 500.000 kali ukurannya. Temuan ini menggambarkan tentang adanya leluhur yang sama atau keuntungan evolusi yang dapat menguraikan mengapa makhluk kecil dan licin ini berevolusi untuk berjalan seperti serangga yang lebih besar dan bertubuh keras.

Berbagai perilaku tardigrada telah berhasil diamati oleh para ilmuwan di bawah mikroskop. Mereka menemukan bahwa selain berjalan seperti serangga, tardigrada juga seringkali merasa kedinginan dan selalu ingin berjalan-jalan di sekitar substat. Bahkan, sesekali mereka juga sering merasa tertarik ketika melihat sesuatu, dan berusaha menghampirinya. Satu hal yang penting yang berhasil dicatat oleh peneliti adalah kecepatan gerak berjalan tardigrada yaitu sekitar setengah panjang tubuhnya per detik.

Tardigrada berjalan dengan kecepatan setengah panjang tubuhnya per detik. (Shutterstock)

“Dengan kecepatan penuh, langkah melompat mereka membawa mereka dua kali panjang tubuh dalam jumlah waktu yang sama. Kami terkejut ketika kami mengamati bagaimana kaki beruang air menyentuh tanah saat ia mendapatkan momentum. Tidak seperti vertebrata, yang memiliki gaya berjalan berbeda untuk setiap kecepatan—bayangkan kuku kuda saat bertransisi dari berjalan ke berpacu—tardigrada lebih mirip serangga, berlari dengan kecepatan yang meningkat tanpa pernah mengubah pola pijakan dasarnya,” ungkap Nirody.

“Ketika vertebrata beralih dari berjalan ke berlari, maka akan ada diskontinuitas. Dengan artropoda, semua pola loncatan ada di sepanjang kontinum yang sama,” tutur Nirody dalam laporannya.

Baca Juga: SpaceX Akan Luncurkan Bayi Cumi dan Tardigrades ke Luar Angkasa

Salah satu penjelasan yang menjelaskan mengapa strategi cara berjalan tardigrada mirip dengan serangga yang bertubuh lebih besar, adalah mungkin hewan kecil ini telah lama dianggap sesuai dengan taksonominya, ia mungkin memiliki asal-usul leluhur yang sama, saraf yang juga sama, dengan serangga seperti semut, lalat buah, dan hewan tersegmentasi lainnya.

“Saya sama-sama terpesona oleh kedua kemungkinan itu. Jika beberapa sistem saraf leluhur mengendalikan semua panartropoda berjalan, kita harus banyak belajar. Di sisi lain, jika artropoda dan tardigrada menyatu pada strategi ini secara independen, maka ada banyak yang bisa dikatakan tentang apa yang membuat strategi ini begitu cocok untuk spesies di lingkungan yang berbeda,” pungkas Nirody.