Kisah dari Balik Dapur Produksi Pertunjukan Teater “Margi Wuta”

By , Rabu, 18 Desember 2013 | 21:30 WIB

Di samping itu, Joned juga harus mengikuti ritme kesibukan tiga aktor khususnya, karena mereka juga sedang berlatih mempersiapkan pementasan di Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta Desember 2013 mendatang. 

Persoalan berikutnya adalah setting panggung. Bagaimanapun juga, oleh karena keterbatasannya, para pemain visually impaired harus terbiasa dengan setting panggung tempat mereka pentas. Maka diputuskan artistik panggung menyesuaikan pembagian rumah Harjito.  

Rumah asli Harjito berlorong, yang kemudian ditiru oleh artistik panggung “Margi Wuta”. Hanya saja ukurannya diperbesar dari aslinya, demi mempertimbangkan penonton yang menjadi bagian dari setting panggung juga.

Untungnya lagi, karena Harjito, Getir, dan Ratmi adalah sesama rekan dalam kelompok seni Distra Budaya. Pada kehidupan nyata, Getir dan Ratmi pun cukup sering dolan ke rumah Harjito dan akrab dengan tata ruangnya. Semuanya pun tumbuh organik dari sini.

Sebagai aktor Ketoprak, Harjito, Getir, dan Ratmi terbiasa dengan wos treatment (panduan adegan saja, hanya pembabakan, belum sampai ke dialog), bukan naskah tertulis. Cara seperti ini membuka seluasnya pada improvisasi dalam pementasan.

Untuk “Margi Wuta”, Joned membacakan naskah. Para aktor visually impaired ini sempat mengalami kesulitan menginternalisasi kalimat yang datang dari luar (yang dibacakan orang lain). Negosiasi pun dilakukan. Joned memberi kebebasan bagi Harjito, Getir, dan Ratmi untuk mengucapkan dialog dalam Bahasa Jawa seluruhnya, demi mengejar keluwesan mereka berakting.

Yang mengharukan adalah tekad kuat ketiga aktor ini untuk menjajal keberanian mereka keluar dari zona nyaman mereka sebagai aktor. Mereka memilih untuk tetap berlatih menggunakan dialog Bahasa Indonesia. Pada akhirnya, di pementasan itu dialog bercampur Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.

Dengan komposisi musik apik serta diakhiri dengan vokal Hana dan Aziza yang memukau, saya adalah salah seorang penonton yang dibuat merinding oleh pertunjukan teater ini.