Nationalgeographic.co.id—Bentuk telur telah lama menarik perhatian matematikawan, insinyur dan ahli biologi dari sudut pandang analitis. Menarik perhatian karena bentuk telur yang cukup besar untuk mengerami embrio, namun cukup kecil untuk keluar dari tubuh dengan cara yang paling efisien.
Telur juga tidak menggelinding ketika diletakan. Secara struktural juga cukup kuat untuk menahan beban dan menjadi awal kehidupan banyak spesies. Telur telah dianggap sebagai bentuk sempurna.
Sekarang, Para peneliti dari University of Kent, Research Institute for Environment Treatment dan Vita-Market Ltd. telah berhasil menemukan formula matematika universal yang dapat menggambarkan telur burung apapun yang ada di alam. Penemuan ini merupakan prestasi yang belum berhasil sampai sekarang. Studi tersebut telah dipublikasikan di Jurnal The New York Academy of Science. Judulnya, Egg and math: introducing a universal formula for egg shape, yang terbit pada 23 Agustus 2021.
Serumit apakah rumus matematikanya?
Rumus matematika universal yang dapat menggambarkan telur burung apa pun yang ada di alam, menjadi sebuah langka penting dalam memahami bentuk telur itu sendiri. Selain itu juga penting untuk memahami bagaimana dan mengapa telur itu berevolusi, sehingga memungkinkan penerapan biologi dan teknologi secara luas.
Pada studi itu, analisis semua bentuk telur menggunakan empat bentuk geometris, yaitu bola, ellipsoid, ovoid, dan pyriform (berbentuk kerucut atau buah pir), dengan rumus matematika untuk pyriform yang belum diturunkan.
Untuk memperbaiki itu, para peneliti memperkenalkan fungsi tambahan ke dalam rumus bulat telur, mengembangkan model matematika agar sesuai dengan bentuk geometris yang benar-benar baru yang dicirikan sebagai tahap terakhir dalam evolusi bola-elipsoid, yang dapat diterapkan pada geometri telur apa pun.
Baca Juga: Arkeolog Israel Tak Sengaja Memecahkan Temuan Telur Kuno 1.000 Tahun
Rumus matematika universal baru untuk bentuk telur ini didasarkan pada empat parameter, yaitu panjang telur, lebar maksimum, pergeseran sumbu vertikal, dan diameter pada seperempat panjang telur.
Deskripsi matematis dari semua bentuk dasar telur telah digunakan dalam penelitian makanan, teknik mesin, pertanian, biosains, arsitektur, dan aeronautika. Sebagai contoh, rumus ini dapat diterapkan pada konstruksi rekayasa bejana berdinding tipis berbentuk telur, yang dapat lebih kuat daripada bejana yang berbentuk bola biasa.
Formula baru ini merupakan terobosan penting dengan berbagai aplikasi. Di antaranya, deskripsi ilmiah yang kompeten tentang objek biologis, penentuan karakteristik fisik suatu objek biologis secara akurat dan sederhana, rekayasa yang terinspirasi biologi masa depan.
Baca Juga: Ilmuwan Merekonstruksi Tengkorak Dinosaurus di dalam Fosil Telur
Sebagai contoh, karena telur telah dapat dijelaskan melalui rumus matematika, maka pekerjaan di bidang sistematika biologis, optimalisasi parameter teknologi, inkubasi telur dan pemilihan unggas akan sangat disederhanakan.
Sedangkan Sifat eksternal telur tentu sangat penting bagi para peneliti dan insinyur yang mengembangkan teknologi untuk mengerami, memproses, menyimpan, dan menyortir telur.
Darren Griffin, Profesor Genetika di University of Kent and PI mengatakan bahwa proses evolusi biologis seperti pembentukan perlu dipahami sebagai dasar penelitian dalam biologi evolusi. "Formula universal itu dapat diterapkan di seluruh disiplin ilmu dasar, terutama industri makanan dan unggas. Dan akan menjadi motivasi penyelidikan lebih lanjut yang terinspirasi oleh telur sebagai objek penelitian," katanya dikutip University of Kent Press.
Baca Juga: Anak Burung dalam Telur yang Belum Menetas Ternyata Bisa Berkomunikasi, Ini Penjelasan Pakar...
Dr Michael Romanov, peneliti Tamu di University of Kent mengatakan bahwa persamaan matematis itu menggarisbawahi pemahaman dan apresiasi terhadap harmoni filosofis tertentu antara matematika dan biologi. "Dan dari keduanya jalan menuju pemahaman lebih lanjut tentang alam semesta kita, dipahami dengan rapi di bentuk telur," katanya.
Sementara itu, Dr Valeriy Narushin, mantan peneliti tamu di University of Kent, berharap mereka dapat melihat penerapan formula itu di seluruh industri, mulai dari seni hingga teknologi, arsitektur hingga pertanian. "Terobosan ini mengungkapkan mengapa penelitian kolaboratif dari disiplin ilmu yang terpisah sangat penting," ujarnya.
Baca Juga: Ibu Paling Setia, Menjaga Sang Anak Dalam Kegelapan Tanpa Makan