Nationalgeographic.co.id - Tidak ada yang mampu menggantikan peran dan pengorbanan ibu. Seorang yang menjaga nyawa orang lain (anaknya) di dalam kandungan selama sembilan bulan dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Peran seorang ibu tidak hanya ada dalam kehidupan manusia. Gambaran seorang ibu seperti di atas nampaknya juga berlaku dalam kehidupan hewan, lebih tepatnya gurita.
Bila terdapat sebuah penghargaan khusus terhadap peran seorang ibu dalam dunia hewan, gurita mungkin pantas mendapatkannya. Hewan berkaki delapan ini rela tinggal menjauh dari "kehidupan", tinggal di kedalaman Samudera Pasifik yang dingin dan gelap untuk menjaga telurnya.
Baca juga: Desa Kuno yang Baru Ditemukan Ini Berusia Lebih Tua dari Piramida Giza
Tidak hanya itu, selama empat setengah tahun, sang ibu gurita setia menjaga telurnya agar tetap aman dari predator.
Seorang ilmuwan menggambarkan bagaimana seekor gurita berdiam hampir sedalam satu mil di bawah permukaan laut. Menjaga telur hingga saatnya menetas dan mampu hidup sendiri.
Dituliskan dalam jurnal ilmiah Plos One, proses menetasnya telur gurita adalah proses penetasan terlama bila dibandingkan dengan hewan lain. Para ilmuwan menggunakan kapal selam yang dikendalikan dengan remote control untuk mengawasi hewan dengan sebutan Graneledone boreopacifica di lepas pantai California ini.
Mereka menemukan gurita betina di kedalaman 4.600 kaki (1.400 meter) di bawah permukaan laut yang sedang menjaga 160 telur. Telur itu tembus pandang dan ditutupi dengan pasir atau lumpur sebagai usaha menjauhi mereka dari predator.
Ibu gurita itu tidak pernah meninggalkan telur-telurnya yang seukuran blueberry itu. Hewan bertentakel ini bahkan rela tidak makan walaupun beratnya semakin turun, kulitnya memucat, dan nampak lecek.
Para peneliti memonitor gurita itu selama 53 bulan melalui 18 penyelaman. Ahli ekologi laut dari Monterey Bay Aquarium Research Institute di California, Bruce Robinson, mengatakan bahwa spesies ini menunjukkan naluri keibuan yang sangat kuat.
“Ini luar biasa, sungguh menakjubkan. Kami heran dengan apa yang kami lihat,” ujar Robinson.
Source | : | PLOS ONE |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR