Hasil Penelitian Perkakas Tulang Gajah Buatan Manusia Purba Italia

By Maria Gabrielle, Jumat, 3 September 2021 | 14:00 WIB
Temuan perkakas dari tulang gajah di Situs Castel di Guido, Italia. (Villa et al. 2021 PLOS ONE)

“Hominid Castel di Guido memanfaatkan sisa-sisa (tulang) dengan baik, menempati situs itu selama bertahun-tahun. Mereka menghasilkan perkakas yang sistematis dan terstandarisasi, seperti satu individu yang bekerja di jalur perakitan primitif,” kata Dr. Paola Villa kepada Sci News.

Dalam studi ini ada 98 perkakas tulang gajah dari Castel di Guido yang diidentifikasi. Jurnal penelitian telah dipublikasikan pada laman Plos One dengan judul Elephant bones for the Middle Pleistocene toolmaker pada tanggal 26 Agustus 2021.

Penggunaan tulang sebagai bahan baku membuat perkakas sudah dilakukan sejak Zaman Pleistosen Awal. Selama Zaman Pleistosen Awal dan Tengah, pembentukan perkakas tulang dilakukan dengan cara memukul-menyerpih, metode yang sama digunakan untuk menghancurkan artefak batu. Meskipun pembentukan tulang ini jarang terjadi.

Beberapa perkakas runcing secara teoritis bisa digunakan untuk memotong daging. Perkakas lainnya adalah baji yang mungkin berguna untuk membelah paha gajah yang berat.

Baca Juga: 28 Fragmen Fosil Gajah Purba Stegodon Ditemukan Di Wilayah Pati

Palaeoloxodon antiquus adalah spesies gajah bergading lurus, yang telah punah. Gajah ini pernah menghuni Eropa dan Asia Barat selama Pleistosen Tengah dan Akhir. Individu bisa mencapai ketinggian 4–4,2 meter, dan berat diperkirakan 11,3–15 ton. (JULIO LACERDA)

Ada pula satu perkakas yang menarik perhatian, satu artefak yang dipahat dari tulang sapi liar yang panjang dan halus di salah satu ujungnya. Benda ini menyerupai apa yang disebut oleh para arkeolog dengan lissoir, sejenis alat yang digunakan oleh hominid untuk merawat kulit. Alat ini tidak lazim sampai sekitar 300.000 tahun yang lalu.

“Di situs lain 400.000 tahun yang lalu, orang hanya menggunakan fragmen tulang apapun yang mereka miliki,” tutur Dr. Villa.

Dr. Paola Villa menduga bahwa hominid di Castel di Guido merupakan Neanderthal. Dia mengatakan sekitar 400.000 tahun lalu, mulai terlihat penggunaan api, dan hal tersebut merupakan awal dari garis keturunan Neanderthal.

Dikutip dari Science Daily, sang ahli berpikir kalau hominid Castel di Guido tidak lebih cerdas daripada sejenisnya di tempat lain di Eropa. Manusia purba ini hanya menggunakan sumber daya yang mereka miliki. Wilayah di Italia tidak punya banyak batu besar yang terbentuk secara alami, sehingga manusia purba saat itu tidak dapat membuat banyak peralatan dari batu besar.

Baca Juga: Ilmuwan Berencana Hidupkan Kembali Harimau Tasmania dan Mamut Berbulu

Temuan fosil gigi Palaeoloxodon antiquus. (Time Vault Gallery)

Namun, apa yang dimiliki di wilayah Castel di Guido adalah gajah mati. Seiring dengan perkembangan Zaman Batu, gajah gading lurus perlahan mengilang dari Eropa. Pada masa itu, mungkin hewan besar ini beramai-ramai ke sumber air dan mati. Manusia purba kemudian menemukan sisa-sisa dan membantai mereka untuk tulang panjangnya.

“Orang-orang Castel di Guido memiliki kecerdasan kognitif yang memungkinan mereka menghasilkan perkakas tulang yang kompleks,” jelas Dr. Paola Villa pada Science Daily.

“Di kumpulan lain, ada cukup tulang bagi orang-orang setempat untuk membuat beberapa (perkakas) tetapi tidak cukup untuk memulai produksi perkakas tulang yang berstandar dan sistematis,” pungkasnya.

Baca Juga: Temuan Fosil Stegodon trigonocephalus di Sumedang Siap Direkonstruksi