Malam pergantian Tahun Baru Imlek itu sudah sejak berabad silam tak hanya dirayakan di daratan Cina. Tidak heran karena diyakini jumlah orang Tionghoa dan keturunannya mencapai seperlima populasi dunia. Komunitas Tionghoa ditemukan nyaris di setiap kota di semua negara di dunia.
Di Jakarta, suasana menjelang Imlek telah terasa sejak awal Januari. Meskipun mungkin karena bencana banjir yang masih melanda Ibu Kota dan sekitarnya, Imlek tahun ini tidak semeriah biasanya.
Di Kota Tua, Jakarta Barat, belum terlihat geliat menyambut Imlek. Tidak ada hiasan khusus yang meriah di kawasan pecinan itu. Begitu juga di Pluit, Jakarta Utara. Deretan lampion merah hanya ditemukan di dalam kelenteng yang cukup banyak di daerah tersebut.
Namun, pusat-pusat perbelanjaan dan hotel di Jakarta mulai genit bersolek. Lampion, tatanan hiasan bunga, sampai tulisan ucapan Gong Xi Fat Chai menyambut pengunjung.
Di kompleks gedung Green Central City, Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, ada bangunan bersejarah Candra Naya yang banyak dikunjungi wisatawan, terlebih mendekati Imlek. Lampion-lampion sudah terpasang di bangunan kuno yang terawat baik itu. Di dalamnya terdapat sederet koleksi yang bebas dinikmati gratis oleh pengunjung.
Uniknya, ada kaligrafi kanji berisi kata-kata bijak Cina lengkap dengan terjemahannya. Di bagian belakang terdapat kolam ikan koi dan air mancur. Ada beberapa kursi untuk sekadar melepas lelah dan menikmati pemandangan indah itu. Bangunan tersebut didirikan tahun 1946 sebagai tempat perkumpulan masyarakat Tionghoa dengan nama Sin Ming Hui.
Selain untuk keperluan perkumpulan, bangunan juga dipakai untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan. Dalam perkembangannya, Sin Ming Hui juga dipakai sebagai Kantor Kedutaan Besar Republik Rakyat China dan pada tahun 1965, berganti nama menjadi Candra Naya.
Di sekitar Candra Naya, selain hotel, ada juga sejumlah tempat makan. Salah satunya yang cukup memikat adalah Kopi Oey Candra Naya. Interior Kopi Oey membawa kita ke suasana Batavia tempo dulu. Sederet menu campuran Belanda, Melayu, dan China tersedia di sini. Duduk di meja kursi di emperan bangunan kuno Candra Naya seraya menyantap hidangan Kopi Oey rasanya mantap sekali.
Meja bundar
Seusai berdoa di kelenteng atau wihara, mereka yang merayakan Imlek biasa melewatkan malam jelang pergantian tahun dengan makan bersama.
"Dulu mungkin perayaan Imlek dengan masak dan makan bersama di rumah. Sekarang, banyak mengalihkannya dengan makan di restoran atau hotel. Yang pasti, tetap bersama keluarga," kata Manajer Marketing Restoran Furama Nila Yuliana.
Restoran Furama di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, merombak tatanan mejanya khusus di hari Kamis (30/1) dari pukul 18.00 hingga malam. Semua meja dari lantai satu hingga lantai tiga berbentuk bundar.
Rika, dari Humas Wihara Nimmala Boen San Bio, salah satu wihara tertua di Kota Tangerang, Banten, mengatakan, meja bundar selalu dihadirkan setiap malam dan pada perayaan Imlek. Meja bundar itu melambangkan persaudaraan dan kekeluargaan yang sangat erat.
"Pada saat Imlek, seluruh anggota keluarga akan berkumpul. Mereka yang sudah merantau akan pulang berkumpul dengan keluarga. Dengan meja bundar ini, orang akan duduk saling berdekatan. Tidak terkesan terpisah-pisah seperti duduk di meja persegi," kata Rika.
Oey Tjin Eng, juru bicara Kelenteng Boen Tek Bio, salah satu kelenteng tertua di Kota Tangerang, menjelaskan, meja bundar juga menandai peristiwa khusus dalam budaya masyarakat Cina, yaitu tiga kali dalam setahun tiga kali keluarga berkumpul dan sembahyang, yakni Ceng Beng (bulan ketiga), Cit Gwee (bulan ketujuh), dan Imlek (tahun baru).
Harapan dalam hidangan
Imlek terasa meriah ketika kakek-nenek bertemu anak-cucu dan handai taulan sekaligus menyantap hidangan istimewa. Selain kue keranjang, menu paling istimewa dan hanya ada saat perayaan Imlek adalah Yee Shang.
Yee Shang menjadi andalan yang ditawarkan pengelola restoran ternama penyaji masakan China, seperti di Restoran Furama. Di Furama tersedia paket menarik dengan 9-10 jenis hidangan untuk disantap 6-10 orang. Yee Shang menjadi menu pembuka paling dinanti.
Yee Shang adalah sajian mirip salad yang di dalamnya terdapat irisan salmon. Warna hijau segar dan merah pada hidangan ini merupakan perlambang kesehatan, panjang umur, dan kesuksesan. Kue keranjang yang manis, lengket, dan tahan lama juga melambangkan kuatnya tali persaudaraan.