Mengatasi Banjir dengan Teknologi Perencanaan dan Visualisasi 3D

By , Senin, 3 Februari 2014 | 12:53 WIB

Infrastruktur yang buruk dan perencanaan tata kota yang tidak optimal, jika disertai dengan musibah banjir dapat menyebabkan tanah longsor, dan mengakibatkan kerusakan jalan, bangunan, perumahan, dan fasilitas umum. Hal ini dapat berujung dengan terganggunya kemajuan ekonomi dan kehidupan sehari-hari.

Melihat kenyataan tersebut, pemerintah harus menemukan cara baru untuk mencegah dan mengurangi kerusakan akibat banjir. Ini termasuk pembangunan infrastruktur, pemeliharaan jangka panjang, serta kesiapsiagaan pada saat terjadi bencana.

Saat ini, teknologi dapat memberikan masukan yang penting kepada pemerintah dan para insinyur, yaitu cara yang lebih baik untuk memprediksi perilaku lingkungan yang telah terbentuk–atau akan segera terbentuk–pada saat terjadinya krisis. Teknologi canggih menyediakan metode proaktif yang secara lebih efektif membantu mewujudkan masyarakat yang tahan terhadap bencana.

Desain atau rancang bangun yang tidak terencana dengan baik adalah penyebab utama dari banyak kerusakan yang terjadi pada saat bencana, termasuk banjir, gempa bumi, atau bencana alam lainnya. Bangunan dan infrastruktur penting hancur karena bangunan tersebut memang tidak dirancang dengan kekuatan untuk menahan gempuran alam yang kini kian kuat.

Teknologi maju dari Autodesk atau perusahaan lainnya yang mengakomodasi arsitektur, desain teknik serta data geospasial dapat membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan yang ada. Kota-kota tersebut dapat menggunakan data geospasial yang tepat dan menerapkannya pada seluruh siklus infrastruktur, termasuk operasional dan pemeliharaan.

Integrasi ini memungkinkan terjadinya perubahan signifikan untuk memenuhi kebutuhan perencanaan dan pengaturan tata kota.

Model digital 3D sebuah kota

Kita dapat membayangkan betapa sulitnya perencanaan dan pengaturan tata kota, terutama bila data yang tersedia tidak lengkap atau usang. Atau bahkan ketika berbagai sistem penyimpanan data tidak dapat tersambung satu sama lain.

Tantangan besar yang dihadapi pemerintah adalah bagaimana seefektif mungkin mengatasi masalah yang timbul dari kelangkaan lahan, pengembangan lahan yang cepat, dan meningkatnya permintaan data yang berkaitan dengan tanah oleh sektor publik dan swasta.

Proyek-proyek pengelolaan fasilitas, perencanaan perkotaan, dan konstruksi publik memerlukan pengambilan keputusan yang cepat. Pengambilan keputusan seperti ini mengharuskan organisasi-organisasi pemerintah mengumpulkan berbagai macam data dari sumber internal dan eksternal. Tidak hanya itu, mereka juga diharapkan benar-benar memahami data tersebut, dan mengetahui keterkaitan antara struktur, aset, dan audiens yang berlainan.

Pada skala besar, penciptaan model virtual kota secara 3D dapat membantu pemilik, kontraktor, arsitek, insinyur, dan bahkan masyarakat umum memahami bagaimana dan hal apa saja yang perlu diprioritaskan dalam upaya pemulihan setelah bencana, sehingga perbaikan dapat dilakukan secepat mungkin.

Hal ini terutama sangat relevan untuk perbaikan fasilitas yang keberadaannya sangat vital untuk mendukung kehidupan masyarakat dan bisnis dapat berlangsung normal kembali. Selain itu, model tersebut dapat digunakan untuk merencanakan pembangunan kota secara lebih efektif di masa mendatang.

Las Vegas misalnya, menciptakan model 3D digital kota tersebut dengan bantuan VTN Consulting dan Autodesk. Model ini mencakup infrastuktur atas dan bawah permukaan tanah. Model ini akan dapat diakses oleh perencana kota, surveyor, insinyur, dinas pekerjaan umum, dan pihak lainnya yang membutuhkan.

Para pemimpin kota menginginkan sebuah sistem yang memperlihatkan pembangunan kota dan membantu menunjukkan di mana daerah terbaik untuk pembangunan selanjutnya. Model ini diciptakan dengan Autodesk InfraWorks, Autodesk Civil 3D, dan Autodesk Navisworks Manage, dengan tujuan untuk memiliki model 3D kota yang "hidup".

Selanjutnya, jika semua unsur disatukan dalam model tersebut, ini akan memungkinkan dilakukannya simulasi bencana alam nyata pada model 3D. Simulasi tersebut dapat memvisualisasikan bagaimana struktur tertentu bereaksi terhadap bencana.

Simulasi seperti ini memungkinkan kita untuk memperoleh lebih banyak informasi mengenai lingkungan terkait sehinga dapat membuat rencana perawatan dan penanganan yang sesuai. Pada saat terjadinya bencana yang sebenarnya, tenaga tanggap darurat pun dapat lebih siap dan mampu menangani situasi darurat dengan cepat dan efektif.

Kota seperti Seattle telah menggunakan model 3D skala kota sesungguhnya untuk menyimulasikan gempa bumi. Salah satu contoh adalah Alaskan Way, jembatan bebas hambatan dan dinding pemisah laut.

Untuk tenaga tanggap darurat awal seperti polisi dan pemadam kebakaran, model 3D yang akurat membuat mereka tidak perlu lagi membahayakan dirinya dengan menjelajahi tempat-tempat yang terkena dampak bencana tanpa pedoman. Sebaliknya, mereka memiliki simulasi digital area sekitar yang menyediakan data desain teknik dan arsitektur dari bangunan tersebut dan tata ruang lingkungan sekitarnya, termasuk infrastruktur bawah tanah.

(Infokomputer.com)

Jika tenaga tanggap darurat dilengkapi dengan iPad yang menampilkan model-model 3D yang menunjukkan letak pipa gas sebelum mereka memasuki bangunan yang rusak tersebut, ini merupakan informasi penting yang dapat menghindarkan mereka dari maut.

Kembali ke topik banjir, perencana darurat yang mempersiapkan dampak banjir dapat menyimulasikan model 3D kota yang mencakup bangunan, contoh lahan digital, dan badan-badan layanan publik serta jaringan telekomunikasi.

Hal ini akan membantu perencana untuk dapat mengetahui fasilitas listrik, jaringan komunikasi, air, dan limbah cair yang mungkin terkena dampak banjir, dan dapat menggunakan fasiltas publik dan jaringan komunikasi pintar tersebut untuk menentukan lokasi listrik, jaringan komunikasi, air, dan layanan lainnya yang mungkin terganggu.

Jika model kota 3D digital tidak tersedia

Bahkan jika pemerintah belum bersedia berinvestasi untuk membuat model kota 3D digital seutuhnya, tetap ada harapan untuk pencegahan bencana alam yang lebih baik.

Kita telah melihat bagaimana solusi Autodesk berhasil digunakan oleh para profesional, pembuat kebijakan, dan masyarakat untuk secara akurat mengantisipasi dampak gempa bumi pada infrastruktur utama sebelum terjadinya bencana.

Teknologi Autodesk juga dapat digunakan untuk memahami dampak potensial dari badai dan banjir. Autodesk Infrastructure Design Suite 2014 misalnya, menawarkan teknologi yang membantu perencana kota mencegah banjir.

Modul River dan Flood pada suite ini dapat menganalisis sungai sehingga dapat memperkirakan lokasi banjir pada masa mendatang. Modul Storm dan Sanitary Analysis memungkinkan analisis performa pada tahap awal proses perancangan desain untuk berbagai macam proyek, meliputi jaringan sistem drainase air badai perkotaan, saluran penampung air di jalan raya dan gorong-gorong, manajemen air badai yang berkesinambungan, kolam penahan, dan sistem pembuangan sanitasi.

Visualisasi yang realistis berdasarkan data teknis yang akurat menjadikan bencana alam yang luar biasa dapat dipahami oleh semua orang. Software sejenis Autodesk InfraWorks 360 Pro dan Autodesk 3ds Max Design dapat digunakan untuk memvisualkan bagaimana sebuah struktur akan bereaksi ketika terjadi bencana.

(Infokomputer.com)

Apa tindakan kita selanjutnya?

Dengan meningkatnya jumlah penduduk perkotaan di Asia, risiko yang disebabkan oleh bencana alam juga terus meningkat.

Meskipun kita memahami dinamika bencana alam lebih baik setiap harinya, kita tetap tidak akan bisa memprediksi dengan akurat kapan dan di mana bencana alam akan terjadi. Tetapi kita tahu bahwa bencana alam pasti akan datang dan kita dapat mempersiapkannya dengan lebih baik.

Untungnya kini kita memiliki teknologi yang memungkinkan kita membuat model dan menyimulasikan performa konstruksi ketika bencana alam terjadi.

Kita memiliki daya komputasi awan yang hampir tidak terbatas untuk mengumpulkan data-data berharga dan melakukan simulasi konstruksi untuk berbagai macam situasi. Kita memiliki kemampuan untuk menempatkan data konstruksi yang berharga tersebut ke dalam bentuk model 3D yang mudah untuk dinavigasikan ke dalam perangkat bergerak dan memberikannya kepada tenaga tanggap darurat awal serta pejabat pemerintah yang membutuhkannya pada saat terjadi krisis.

Tetapi jika kita menyia-nyiakan ketersediaan data dan kemampuan yang baru ini, hal tersebut tidak bermanfaat bagi kita. Bagaimana kita bisa membantu masyarakat dan pemerintah menyepakati hal yang diperlukan untuk perbaikan konstruksi yang sudah ada maupun yang akan dibuat nanti? Visualisasi adalah bagian dari jawabannya. Kita memiliki kemampuan untuk memvisualkan dan menganimasi bagaimana struktur konstruksi bangunan tersebut akan bereaksi terhadap banjir besar atau gempa bumi.

Tidak ada hal yang lebih menggugah jiwa seperti ketika kita melihat jembatan tua, atau yang dirancang buruk, runtuh ketika terjadi gempa bumi dengan kekuatan guncangan yang sangat dasyat. Hal ini sangatlah mungkin terjadi tidak lama lagi. Oleh karena itu, sudah waktunya bagi kita untuk beraksi dan melihat Indonesia yang lebih baik.