Memahami Kecanduan sebagai Penyakit Progresif

By , Selasa, 4 Februari 2014 | 14:00 WIB

Kematian aktor Philip Seymour Hoffman (46) karena overdosis narkoba, Minggu (2/2) lalu, cukup menyentak publik sekaligus memunculkan kembali perhatian terhadap isu kecanduan yang bersifat progresif.

Seymour Hoffman, sudah jatuh bangun dengan kecanduan narkoba, tapi berujung dengan overdosis pula.

Hoffman beberapa kali berbicara tentang pergulatannya. Ia mengaku sebagai pecandu yang pertama kali mencari bantuan profesional lebih dari dua dekade lalu.

Adiksi Hoffman ternyata kambuh kembali. Setelah bersih 23 tahun, ia mengakui dalam wawancara tahun lalu bahwa ia terjerumus kembali dan memiliki masalah dengan heroin sampai harus masuk rehabilitasi, Maret 2013.

Kematiannya terjadi setelah periode kesembuhan panjang, yang berakhir pada Maret tahun lalu itu. "Kematian Hoffman melambangkan tragedi kecanduan obat dalam masyarakat kita," ujar Dr. Nora Volkow, direktur dari Institut Penyalahgunaan Narkoba Nasional.

Seymour Hoffman ialah aktor kawakan yang pernah memenangkan Oscar untuk aktingnya sebagai Truman Capote dan telah membawakan karakter-karakter lain dengan brilian.

Ia ditemukan tewas di dalam apartemennya di New York. Polisi mengatakan Hoffman saat ditemukan dengan jarum suntik tertancap di lengan, serta ada amplop-amplop yang diyakini berisi heroin di dekatnya.

"Kita melihat di sini ada aktor yang luar biasa berbakat dan memiliki sumber daya, mendapat perawatan, menyadari masalah narkoba, dan sempat berhasil hidup bersih," ujarnya menambahkan bahwa kasus Hoffman menunjukkan betapa kecanduan dapat menghancurkan.

Keberhasilan dalam mengatasi kecanduan narkoba kurang lebih sama dalam menangani gagal jantung, ujar para dokter. Keduanya dapat berakibat fatal tanpa perawatan konsisten. Rehabilitasi mungkin merupakan bagian dari perawatan, hal itu bukanlah penangkal.

Penyanyi Amy Winehouse dan aktor Cory Monteith keduanya telah memasuki rehabilitasi sebelum akhirnya tewas karena overdosis.

"Kecanduan adalah penyakit kronis, progresif. Tidak ada yang dapat sembuh," ujar Dr. Akikur Reza Mohammad, seorang psikiater dan spesialis obat kecanduan yang bekerja sebagai profesor di University of Southern California dan pendiri Inspire Malibu Treatment Center.

Meski telah bersih dari kecanduan, khususnya obat-obatan terlarang, para ahli memang menyatakan seseorang masih rentan kembali kambuh karena senyawa-senyawa kimia di syaraf otak mereka telah berubah.

"Jika seseorang menderita kecanduan, mereka tidak boleh santai. Senyawa-senyawa kimia di syarat otak mereka telah berubah, jadi mereka rentan kembali kecanduan," ujarnya lagi.

Lebih muda usia seseorang mulai mengonsumsi narkoba, lebih mungkin ia menjadi kecanduan. Sementara, pemberhentian penggunaan atau obat pengganti seringkali diperlukan untuk mencegah seorang pecandu kehilangan kontrol di sekitar substansi yang diinginkannya.

Dan seperti juga seseorang yang masih bisa mengendarai sepeda setelah 20 tahun tidak memakainya, otak yang sudah kecanduan dan terekspos narkoba, bahkan setelah istirahat panjang, akan kambuh ke tingkat lama.

Sejumlah penelitian yang telah dilakukan pada binatang, ujar Volkow, menunjukkan "pemberian sejumlah kecil (narkoba) dan mereka langsung meningkat ke tingkat-tingkat penggunaan narkoba sebelumnya". Itulah mengapa kecanduan dianggap penyakit kronis dan overdosis adalah umum, tambahnya.

Perawatan berkelanjutan

Kasus Hoffman, sayangnya sering terjadi—seseorang yang menggunakan narkoba pada usia 20-an dan berhenti selama 20 tahun kemudian kambuh pada usia 40-an dan mengalami overdosis.

Karena kecanduan memiliki kecenderungan genetik, selebriti memiliki kemungkinan sama dengan yang lainnya untuk menderita hal ini, meski bekerja di sebuah lingkungan yang barangkali lebih toleran akan penggunaan narkoba dapat meningkatkan peluang seseorang.

"Kecanduan tidak diskriminatif, sama halnya dengan tekanan darah tinggi dan diabetes," ujar Mohammad, dengan menambahkan bahwa 100 orang di AS setiap hari tewas karena overdosis narkoba. Jumlah itu meningkat dipicu oleh obat pereda sakit yang diresepkan, yang cenderung membuat kecanduan, seperti heroin.

Pemulihan kecanduan narkoba dimungkinkan lewat perawatan, perubahan gaya hidup dan kesadaran. Dokter merekomendasikan rehabilitasi inap sampai enam bulan, diikuti dengan terapi terus menerus dan pertemuan pertolongan diri. Meski intensitas dan jenis perawatan beragam tergantung kebutuhan individual, Volkow mengatakan perawatan terus-menerus selama lebih dari lima tahun memberikan hasil terbaik sejauh ini.

"Perawatan berkelanjutan meningkatkan perbaikan individu-individu yang kecanduan narkoba," ujarnya.

"Namun Anda harus terus sadar akan kemungkinan kambuh. Tidak masalah berapa lama Anda bersih, jika Anda balik mengonsumsi narkoba, risiko kambuh sangat sangat tinggi."