Viagra Dapat Menyembuhkan Hipotermia, Perlukah Pendaki Membawanya?

By Fadhil Ramadhan, Jumat, 24 September 2021 | 16:00 WIB
Mendaki gunung merupakan kegiatan luar ruang yang cukup populer. Para pendaki harus mengikuti prosedur standar keselamatan selama mendaki gunung. (Freepik)

Tubuh yang fit dapat pulih dan hangat kembali. Namun, ketika tubuh dihangatkan kembali, terkadang jantung terlalu lemah untuk memompa darah ke seluruh organ tubuh. Melansir dari Science Norway, para peneliti di UiT Norway's Arctic University telah menyelidiki hal ini. Mereka menyingkap apakah sildenafil dan vardenafil atau yang dikenal sebagai viagra dan levitra, dapat membantu mengatasi hipotermia.

Obat sildenafil dan vardenafil dikenal juga sebagai sebagai viagra dan levitra, obat tersebut digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi. Obat ini bekerja dengan melebarkan pembuluh darah di dalam tubuh. Dengan demikian, jantung dapat melakukan peredaran darah dengan lebih baik.

“Kami telah mempelajari cara kerja Viagra pada sel manusia,” kata tim peneliti di laboratorium Experimental and Clinical Pharmacology di UiT Norway's Arctic University. “Kami telah mencoba mencari tahu, apakah mungkin untuk memberikan obat ini ketika suhu tubuh sangat rendah.”

Baca Juga: Rekomendasi Lima Gunung di Jawa Barat Bagi Para Pendaki Pemula

Seorang pendaki berjuang memanjat ke atas es di pegunungan High Tatra, Slovakia. Risiko mengalami hipotermia selalu menjadi momok bagi para pendaki gunung. Para peneliti menduga bahwa viagra dapat menyembuhkan hipotermia. (Adam Kokot, Aurora)

Pegiat luar ruangan tentu takut dengan hipetermia. Tetapi haruskah mereka menyiapkan viagra di dalam ransel mereka? Belum tentu. Pada tahun 1999, seorang wanita di Norwegia pernah terjatuh ke sungai saat bermain ski di Narvik dan mengalami hipotermia parah. Tubuhnya menjadi dingin sampai suhu 13,7°C. Para dokter memberikan pertolongan dan dirinya pun selamat.

Lalu pada 2019, seorang anak laki-laki berusia 27 bulan dari Polandia ditemukan oleh seorang polisi, tubuhnya tampak sedingin es dan tak bernyawa. Anak tersebut kemudian diberikan resusitasi, lalu dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lanjutan.

Dokter menemukan bahwa suhu terendah pada tubuh anak tersebut adalah 11,8°C. Syukur mereka berdua masih hidup hingga hari ini, tanpa mendapat cedera dari hipotermia tersebut.

Baca Juga: Kuasa Everest: Puncak Yang Menyimpan Cerita Manusia dan Takdir Semesta