Astronom Amati Peristiwa Langka ‘Tarian Kematian' Dua Bintang

By Wawan Setiawan, Jumat, 10 September 2021 | 14:00 WIB
Puing-puing yang bergerak cepat dari ledakan supernova yang dipicu oleh tabrakan bintang menabrak gas yang dikeluarkan sebelumnya, dan guncangan tersebut menyebabkan emisi radio terang yang terlihat oleh VLASS. (Bill Saxton, NRAO/AUI/NSF)

 

Kisah tarian kematian ini diawali ketika 300 tahun yang lalu, dimana orbit lubang hitam terus menerus tumbuh dan mengarahkannya menuju ke bintang pendampingnya. Ia pun lama kelamaan akan memasuki atmosfer pendampingnya itu. Di titik inilah interaksi mulai terjadi. Ia akan memancarkan gas dari pendampingnya ke luar angkasa. Gas tersebut pada akhirnya akan membentuk torus, yaitu cincin seperti donat yang terus mengembang mengitari mereka.

Manakala lubang hitam itu masuk ke inti bintang pendampingnya, hal ini akan mengganggu proses fusi nuklir dari bintang pendamping tersebut, sehingga menyebabkan gravitasinya menjadi runtuh. Saat itulah, piringan material pun mulai terbentuk dan mengorbit. Material yang keluar dari piringan dengan kecepatan yang bergerak ke arah cahaya, membuat arahnya menembus bintang. Ledakan dahsyat pun akhirnya terjadi.

Baca Juga: Bintang Gagal: Keistimewaan Si Katai Cokelat yang Sulit Dipahami

Sebuah lubang hitam atau bintang neutron di inti pendamping bintang masifnya. Akresi cepat ke objek telah menyebabkannya membentuk piringan akresi dan meluncurkan sepasang jet dengan kecepatan hampir cahaya. Jet-jet itu telah menembus bintang, yang akan meledak dalam supernova karena sejumlah besar energi yang dilepaskan. Dalam beberapa tahun ke depan, materi bintang yang meledak akan menembus torus padat materi bintang yang dikeluarkan oleh objek selama berabad-abad sebelumnya, menciptakan pancaran cahaya radio. (Chuck Carter)

“Kunci penemuan ini adalah VLASS, yang menggambarkan seluruh langit terlihat di garis lintang VLA – sekitar 80 persen dari langit – tiga kali selama tujuh tahun. Salah satu tujuan melakukan VLASS adalah untuk menemukan objek transien, seperti ledakan supernova, yang memancarkan cahaya terang pada panjang gelombang radio. Supernova ini, yang disebabkan oleh penggabungan bintang, bagaimanapun, adalah sebuah kejutan,” kata Hallinan.

“Padahal, dari semua hal yang kami pikir akan kami temukan dengan VLASS, ini bukan salah satunya.” pungkas Hallinan.

Hasil kajian Gregg Hallinan dan rekan-rekannya ini telah dipublikasikan dalam jurnal Science pada 3 September 2021 dengan mengambil judul A transient radio source consistent with a merger-triggered core collapse supernova.

Baca Juga: Ibarat Knalpot, Pembentukan Bintang Baru Dapat Mencemari Kosmos