Peneliti Temukan Sirkuit Otak untuk Spiritualitas dan Religiositas

By Utomo Priyambodo, Rabu, 8 September 2021 | 19:25 WIB
Peneliti terkejut. Mereka menemukan bahwa sirkuit otak untuk spiritualitas ini berpusat di salah satu struktur otak yang paling terpelihara secara evolusioner. (Thinkstock)

Dalam mengerjakan penelitian ini, Dr. Ferguson dan rekan-rekan penelitinya menggunakan teknik yang disebut pemetaan jaringan lesi yang memungkinkan mereka untuk memetakan perilaku-perilaku manusia yang kompleks ke sirkuit-sirkuit otak tertentu berdasarkan lokasi lesi-lesi otak pada pasien. Tim memanfaatkan kumpulan data yang telah diterbitkan sebelumnya yang mencakup data 88 pasien bedah saraf yang menjalani operasi untuk mengangkat tumor otak mereka. Para pasien itu telah menyelesaikan survei yang mencakup pertanyaan tentang penerimaan spiritual sebelum dan sesudah operasi.

Tim memvalidasi hasil studi mereka ini dengan menggunakan kumpulan data kedua yang terdiri dari lebih dari 100 pasien dengan lesi yang disebabkan oleh trauma tembus kepala dari pertempuran selama Perang Vietnam. Para peserta ini juga menyelesaikan kuesioner yang mencakup pertanyaan tentang religiositas.

Dari 88 pasien bedah saraf itu, 30 menunjukkan penurunan keyakinan spiritual yang dilaporkan sendiri sebelum dan setelah reseksi tumor otak bedah saraf, 29 menunjukkan peningkatan, dan 29 tidak menunjukkan perubahan. Dengan menggunakan pemetaan jaringan lesi, tim peneliti kemudian menemukan bahwa spiritualitas yang dilaporkan sendiri itu dipetakan ke sebuah sirkuit otak tertentu yang berpusat pada PAG.

Sirkuit tersebut terkait dengan node positif dan node negatif. Yang dimaksud dengan node positif dan node negatif ini adalah lesi-lesi yang mengganggu masing-masing node atau kelompok neuron yang berpengaruh pada penurunan atau peningkatan keyakinan spiritual yang dilaporkan para pasien itu sendiri.

Baca Juga: Sains Terbaru, Orang Lumpuh Bisa Berkomunikasi Lewat Gelombang Otaknya

Hasil studi para peneliti tidak menyiratkan bahwa agama adalah delusi atau penyakit parkinson muncul karena kurangnya keyakinan agama. Sebaliknya, hasil penelitian ini menunjukkan akar keyakinan spiritual di bagian otak kita terlibat dalam banyak fungsi penting. (FREEPIK)

Hasil religiositas dari kumpulan data kedua juga selaras dengan temuan ini. Selain itu, dalam tinjauan literatur, para peneliti menemukan beberapa laporan kasus pasien yang menjadi hiper-religius setelah mengalami lesi otak yang mempengaruhi node negatif dari sirkuit tersebut. Lokasi-lokasi lesi yang terkait dengan gejala neurologis dan psikiatri lainnya juga bersinggungan dengan sirkuit spiritualitas itu.

Secara khusus, lesi-lesi yang menyebabkan Parkinsonisme memotong area positif dari sirkuit tersebut, seperti halnya lesi-lesi yang terkait dengan penurunan spiritualitas. Adapun lesi-lesi yang menyebabkan delusi dan alien limb syndrome berpotongan dengan daerah negatif, dan terkait dengan peningkatan spiritualitas dan religiositas.

"Tumpang tindih ini mungkin membantu untuk memahami fitur dan asosiasi bersama, tetapi hasil ini tidak boleh diinterpretasikan secara berlebihan," ucap Dr. Ferguson.

"Misalnya, hasil studi kami tidak menyiratkan bahwa agama adalah delusi, bahwa alien limb syndrome atau penyakit parkinson muncul karena kurangnya keyakinan agama. Sebaliknya, hasil kami menunjukkan adanya akar yang dalam dari keyakinan spiritual di bagian otak kita yang terlibat dalam banyak fungsi penting."

Para penulis studi mencatat bahwa para pasien di kedua kumpulan data tersebut berasal dari budaya Kristen yang dominan. Oleh karena itu, untuk memahami generalisasi hasil studi ini, mereka perlu mereplikasi studi ini pada subjek-subjek dengan latar belakang agama dan budaya yang lebih beragam.

Baca Juga: Ragam Bentuk Meditasi dan Khasiatnya Bagi Kesehatan Jiwa dan Raga