Hobi Fotografi Kian Marak, Tas Kamera Banyak Peminat

By , Selasa, 11 Februari 2014 | 15:57 WIB

Fotografi bukan hanya dominasi kaum jurnalis foto. Bukan juga mereka yang memang berprofesi sebagai fotografer. Kini, fotografi sudah menjadi kegiatan yang bisa dilakukan oleh banyak orang, baik sebagai hobi atau penunjang gaya hidup.

Booming fotografi di berbagai kalangan ini menjadi lahan empuk bagi beberapa usaha turunannya. Sebut saja, usaha pembuatan tas kamera. Maklum, berbeda dengan tas biasa, tas kamera dibuat dengan desain khusus untuk menyimpan kamera dan lensa supaya aman dari benturan dan gesekan benda-benda di sekelilingnya.

Salah satu pemain yang menikmati legitnya bisnis pembuatan tas kamera ini adalah Sandi Rosandi. Melihat perkembangan dunia fotografi, dia mengalihkan usaha konveksinya dengan memproduksi tas kamera pada 2008. "Saat itu, saya melihat anak-anak SMP sudah doyan fotografi. Dalam komunitas, mereka banyak melakukan pemotretan di tengah kota," kata dia.

Lantas, Sandi yang mulanya memproduksi baju dan tas biasa, membuat tas kamera. Apalagi, dalam pengamatannya, belum banyak pemain lokal yang membuat taskhusus kamera.

Saat awal merintis, pemilik Eibag ini hanya membuat 20 tas hingga 30 tas dalam satu bulan. Tak disangka, permintaan tas kamera terus meningkat seiring bertambahnya penggemar fotografi. Kini, Eibag menjual hingga 500 tas per bulan.

Lain lagi dengan cerita Robby Kurniawan, pemilik L9bag. Robby yang juga memiliki hobi fotografi melirik pembuatan tas lantaran konveksi berbahan jins miliknya bangkrut. "Saya berpikir, kenapa tidak mencoba membuat tas kamera untuk membangkitkan usaha konveksi ini," cetus dia.

Awalnya, dia membuat tas kamera untuk komunitasnya sendiri, sebelum menawarkan produknya melalui jejaring sosial. Ternyata, peminat tas kamera cukup banyak. Ini terlihat dari respon yang diberikan lewat jejaring sosial. "Saya pasang hari itu, malam hari, banyak yang pesan," kata Robby.

Potensi bisnis tas kamera ini masih cukup besar lantaran pemilik kamera digital terus berkembang. Harga kamera DLSR (digital single lens reflex) yang makin terjangkau dan mudah didapat, mendorong banyak orang ingin memilikinya.

Kondisi inilah yang mengembangkan pasar tas kamera. Belum lagi, jika pemilik ingin membeli lebih dari satu tas kamera, karena mencari model yang berbeda. Maklum, saat pemotretan, mereka juga acap harus menyesuaikan jenis tas yang dibawa dengan kondisi di lapangan.

Dari situlah, berkembang beberapa tipe dan model tas kamera. Sandi, misalnya, menyediakan tiga tipe tas kamera. Yakni, tas berukuran kecil untuk kamera single. Lalu, tas untuk dua kamera dan dan tas untuk full perlengkapan, yakni mulai dari lensa sampai tripod. Dari masing-masing tipe, Eibag juga menyediakan model-model yang menarik.

Sandi membanderol harga tas kamera ini mulai dari Rp 155.000 hingga Rp 405.000 per tas. Dengan penjualan hingga 500 tas saban bulan, dia pun bisa meraup omzet hingga Rp 150 juta.

Untuk menciptakan karakter yang berbeda dari tas kamera yang sudah beredar di pasar, khususnya buatan lokal, Robby mengembangkan tas kamera dengan konsep fashionable camera bag. Ia pun mengangkat tema-tema khusus pada periode tertentu, seperti vintage ataupun adventure pada produk terbarunya.

Berbalut desain yang menarik, Robby memang tak hanya mengedepankan tas kamera dari fungsinya saja. Apalagi, dia telah lama bergelut di dunia fotografi. "Hampir 15 tahun saya di dunia fotografi. Jadi, saya paham produk seperti apa yang dibutuhkan oleh pecinta fotografi," tukas dia.

Sebagai seorang yang pernah mengenyam pendidikan seni rupa, Robby sadar betul peran desain untuk kesuksesan sebuah produk. Karena itu, dia sangat memperhatikan desain tas kameranya demi merebut selera pasar.

Bahkan, dia juga mengembangkan konsep edisi terbatas (limited edition). Untuk edisi ini, yang masing-masing hanya diproduksi 30 pieces saja. Model tas pun akan berganti setiap dua hingga tiga bulan sekali.

Konsep fashionable juga bertujuan untuk merangkul konsumen sebanyak mungkin. Robby bilang, Label9 atau L9bag juga mengincar perempuan yang menyukai fotografi. Lihat saja, dalam situsnya, Robby memasang model seorang perempuan yang memakai tas kameranya.

Ada empat pilihan tas kamera yang dibesut Robby. Yakni, backpack (tas ransel), messenger (tas selempang), tote (tas jinjing), dan produk terbaru jeniS travel.

Dari keempat jens tas tersebut, model backpack dan messenger paling diminati konsumen. Selain model, L9bag juga menyediakan ragam warna bagi para pecintanya. Tas-tas kamera ini dijual mulai Rp 185.000 hingga Rp 260.000.

Penjahit spesialis tas

Hampir semua tas kamera memiliki capsule, sebagai tempat kamera, yang bisa dilepas dan dipasang. Selain itu, ada juga padding atau pembatas beberapa bagian kamera yang terbuat dari kain berisi sejenis busa. Dua hal inilah yang membedakan tas kamera dengan tas biasanya.

Menurut Robby, pembuatan tas kamera ini terbilang mudah. Yang terpenting adalah keahlian dalam menjahit dan merancang desain yang menarik.

Karena itu, jika ingin terjun ke usaha ini, sebaiknya, Anda mencari penjahit yang sudah berpengalaman menjahit tas atau memiliki spesialisasi menjahit tas. "Meski mudah, proses penjahitan harus rapi dan rapat. Penjahit juga harus terbiasa dengan bahan-bahan untuk tas," kata Sandi yang dibantu 25 karyawan dalam pembuatan tas kamera ini.

Pencarian penjahit inilah yang sering menjadi kendala untuk memulai usaha pembuatan tas kamera. "Karena, kami harus mencari penjahit yang mengerti dasar pembuatan tas," kata Robby.

Untuk bahan, sebaiknya pilih yang kerapatan kainnya tinggi dan saat dijahit tak mudah sobek. Adapun, kain yang biasa dipakai adalah kain kanvas, kain cordura dan corduroy. Kain ini biasanya dipakai untuk lapisan luar atau kulit tas.

Adapun untuk bagian capsule dan padding, biasanya digunakan bahan taslan atau kain-kain yang lembut dan minim goresan dengan badan kamera. Bagian dalam kamera juga ditambahkan bahan poly-foam, sejenis busa, dengan ketebalan 8 mm-10 mm.

Bahan-bahan ini bisa diperoleh dari berbagai toko kain atau konveksi. Di Bandung, baik Sandi maupun Robby, menyebut Jalan Otista, sebagai lokasi mereka berbelanja.

Awal produksi tas kamera dimulai dengan membuat desain dan pola dasar. Untuk menemukan desain yang menarik, Sandi pun banyak meriset dari internet. "Setelah itu, saya kombinasikan dan konsultasi ke penjahit," katanya. Karena memiliki dasar seni rupa, Robby lebih banyak mendesain sendiri produknya.

Mesin jahit yang dipakai untuk membuat tas biasanya adalah mesin-mesin jahit yang sering digunakan di konveksi. Selain mesin jahit, Anda juga harus menyiapkan mesin potong, untuk pola dan bahan.

Untuk membuat ratusan tas tiap bulan, Robby yang dibantu sembilan karyawannya, sudah memiliki sembilan mesin produksi, yakni tujuh mesin jahit, satu mesin jahit cangklong yang bisa menjahit secara memutar dan satu mesin potong.

Proses penjahitan tas ini harus dilakukan dengan teliti dan detil, mengingat tas kamera memiliki desain yang rumit dan pola-pola serta aksen yang cukup banyak, seperti kantong. Atau, agar terlihat lebih bergaya, tas diberi tambahan aksesoris, seperti kancing hingga pemberian webbing tape. Jangan lupa, agar mudah dibongkar pasang kain perekat di setiap sisi capsule dan padding.

Proses terakhir dalam pembuatan tas kamera adalah trial and error, yang juga disebut quality control. Sandi dan Robby pun mengingatkan, pentingnya proses ini, karena pembeli tas kamera juga mencari tas yang kualitasnya bagus. "Maklum, beban yang dibawa bisa mencapai 12 kg," kata Sandi yang baru saja memindahkan gerainya ke Balubur Town Square, Bandung.

Penjualan tas kamera bisa dimulai dengan pemasaran via online, seperti yang dilakukan Robby dan Sandi. Anda bisa membuat website hingga memanfaatkan jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter.

Namun, banyak juga konsumen yang ingin melihat produk secara langsung sebelum membeli. Karena itu, ada baiknya, Anda juga melengkapi jaringan pemasaran dengan membuka gerai fisik. Robby sendiri membuka gerainya, di Lucky Square Mall, Bandung.

Untuk memperluas pasar, Anda juga bisa membuka jalur distributor dan reseller. Sampai saat ini, Robby mempunyai distributor dan reseller yang tersebar di Bandung, Cimahi, Jakarta, dan Tangerang. Ketentuan menjadi distributor L9Bags adalah deposit minimum senilai Rp 30 juta. Adapun deposit untuk reseller minimum Rp 2 juta.

Tujuan Robby menerapkan sistem deposit ini untuk menghindari penumpukan barang di distributor atau reseller dan menjaga barang tetap terjual. Jadi, distributor atau reseller bisa mengambil barang ke Robby sesuai dengan pesanan konsumen dan nantinya tinggal dipotong dengan deposit yang telah disetorkan.

Jika semuanya sudah berjalan dengan baik dan lancar, profit yang cukup besar pun menanti. Menurut Sandi dan Robby, keuntungan dari usaha pembuatan tas ini berkisar antara 30% hingga 50%.