Menelusuri Jejak Kimiawi Cinta

By , Jumat, 14 Februari 2014 | 08:55 WIB
()

Para peneliti telah membuat hipotesis, orang dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) mengalami ketidakimbangan serotonin. Kadar serotonin pada darah orang yang terobsesi dan para kekasih sama-sama 40 persen lebih rendah ketimbang kadar pada orang normal.

Artinya, cinta dan gangguan jiwa mungkin sulit untuk dibedakan.

Meski demikian, penelitian di seluruh dunia rata-rata menegaskan, nafsu berahi biasanya akan berakhir.

Lantas, kenapa cinta membara itu tak tahan lama? Secara biologis, alasan kenapa cinta membara akhirnya pudar, dapat ditemukan dalam cara kerja otak menanggapi meningkatnya dan berdetaknya dopamin yang menyertai berahi dan membuat kita merasa melayang.

Mungkin bagus juga jika cinta yang membara-bara memudar. Apakah kita berhasil memiliki rel kereta api, jembatan, pesawat, mesin faks, vaksin, dan televisi seandainya kita semua terlalu mabuk cinta?

*Artikel ini merupakan fitur yang pernah dimuat di Majalah National Geographic, Februari 2006