Kamikaze, Angin Topan yang Menyelamatkan Jepang dari Pasukan Mongol

By Utomo Priyambodo, Jumat, 10 September 2021 | 13:00 WIB
Ilustrasi kamikaze, (Koji Nakamura/National Geographic)

Tidak dapat menemukan pantai pendaratan yang cocok karena adanya tembok tinggi, armada tetap bertahan selama berbulan-bulan dan kehabisan persediaan mereka saat mereka mencari daerah untuk mendarat. Pada tanggal 15 Agustus 1281, pasukan Mongol bersiap untuk melancarkan serangan mereka terhadap pasukan Jepang yang jauh lebih kecil yang mempertahankan pulau itu. Namun, sekali lagi, topan besar menghantam, menghancurkan armada Mongol dan sekali lagi menggagalkan upaya invasi.

Catatan Jepang kontemporer menunjukkan bahwa lebih dari 4.000 kapal hancur dan 80 persen tentara tenggelam atau dibunuh oleh samurai di pantai tersebut. Percobaan invasi kedua itu menjadi salah satu upaya invasi angkatan laut terbesar dan paling merusak dalam sejarah. Sejak kegagalan keduanya, Mongol tidak pernah menyerang Jepang lagi.

Menurut legenda Jepang, Kamikaze atau angin dewa diciptakan oleh Raijin, dewa petir, guntur, dan badai, untuk melindungi Jepang dari pasukan Mongol. Raijin adalah dewa Shinto asli dan merupakan salah satu dewa tertua Jepang.

Raijin juga dikenal sebagai kaminari. Kata "kami" berarti "roh" atau "dewa", sedangkan "nari" berarti "guntur". Raijin biasanya digambarkan sebagai roh yang tampak memukul drum untuk menciptakan guntur. Versi lain dari legenda Jepang mengatakan bahwa topan Kamikaze diciptakan oleh Fujin atau dewa angin.

Baca Juga: Kutukan Pedang Samurai Muramasa: Menakutkan Sekaligus Dipuja

Foto koleksi mantan pilot Kamikaze Toshio Yoshitake, menunjukkan Yoshitake, kanan, dan rekan pilotnya, dari kiri, Tetsuya Ueno, Koshiro Hayashi, Naoki Okagami dan Takao Oi, berpose bersama di depan pesawat tempur Zero sebelum lepas landas dari Lapangan terbang Imperial Army di Choshi, Tokyo, 8 November 1944. (TOSHIO YOSHITAKE)

Seperti yang diketahui banyak orang, istilah "kamikaze" kemudian digunakan dalam Perang Dunia II untuk merujuk pada pasukan pilot bunuh diri Jepang yang dengan sengaja menabrakkan pesawat mereka ke target musuh, biasanya kapal. Metafora itu berarti bahwa pilot harus menjadi "angin dewa" yang sekali lagi akan menyapu musuh mereka dari laut.

Para pilot kamikaze melakukan banyak kerusakan pada armada Amerika Serikat. Ada sekitar 2.000 anak muda yang paling berdedikasi dalam pasukan tersebut yang dikorbankan.

Gerakan kamikaze berkembang dari keputusasaan ketika menjadi jelas bahwa Jepang akan kalah perang. Kata "kamikaze" kemudian dimasukkan ke dalam penggunaan bahasa Inggris sehari-hari untuk merujuk pada seseorang yang mengambil risiko besar dengan sedikit perhatian untuk keselamatan mereka sendiri.

Mempertimbangkan waktu terjadinya dua topan yang persis bertepatan dengan dua percobaan invasi bangsa Mongol ke Jepang, mudah untuk melihat mengapa badai besar ini dipandang sebagai hadiah dari para dewa. Jika bukan karena dua topan "kamikaze" itu, kemungkinan besar Jepang akan ditaklukkan oleh bangsa Mongol. Dan tentu saja, masa depan Jepang saat itu akan menjadi sangat berbeda sebagai bangsa yang terjajah.

Baca Juga: Yonaguni-Jima: Antara Atlantis atau Fenomena Alam di Laut Jepang