Sisa Kerajaan Besar yang Merana

By , Senin, 24 Februari 2014 | 21:41 WIB

Selain akik, uang dirham peninggalan Samudera Pasai banyak dicari warga. Uang logam terbuat dari emas dan beraksara Arab itu berukuran tidak lebih besar dari ujung telunjuk orang dewasa. Warga menjual seharga Rp 700.000 per keping. Menurut Ruslan, uang dirham emas mudah ditemukan setelah hujan saat tanah tergerus air.

Repelita Wahyu Oetomo, arkeolog dari Balai Arkeologi Medan, mengatakan, hingga sekarang Samudera Pasai masih dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara meski jauh sebelumnya ada Kerajaan Barus di Sumut. Kerajaan itu menjalin hubungan dengan para pedagang Islam sejak abad ke-7. "Bukti fisik peninggalan Samudera Pasai menunjukkan pernah ada raja-raja masa itu. Di Barus belum ada," katanya.

Sebelum Islam datang, Samudera Pasai menganut kepercayaan lain, diperkirakan Hindu-Buddha. Namun, kata Bambang Budi Utomo, peneliti masa Hindu-Buddha dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, jejak kebudayaan Hindu-Buddha secara fisik tak banyak ditemukan di Aceh.

Keberadaan Samudera Pasai banyak ditulis dalam catatan perjalanan para pelaut asing. Catatan perjalanan Beaulieu menyebutkan, bangunan yang paling mencolok adalah istana. Di sekitar istana ada perkampungan, masjid raya, dan pasar. Di sekeliling istana tidak ditemukan benteng pertahanan.

Hal sama disebutkan Nicolaus de Graf, orang Belanda yang datang ke Aceh pada tahun 1641, dan Dampier (Inggris) yang datang pada tahun 1688.

Pedagang keliling umumnya pedagang asing yang kadang kala menetap dan membentuk kampung di dalam kota. Rumah penduduk dibangun menggunakan tiang-tiang bambu setinggi 120-180 cm.

Arkeolog masih mencari bukti adanya perkampungan, pasar, ataupun masjid seperti ditulis para penjelajah asing. Menurut Wahyu, hingga sekarang belum banyak temuan struktur selain makam. Pada pencarian di Cot Astana yang berarti tanah tinggi, para arkeolog menemukan struktur batu bata.

Selain dari catatan perjalanan, keberadaan Samudera Pasai lebih banyak dilacak dari temuan nisan yang membentuk kompleks pemakaman di Kecamatan Samudera. Dari tulisan di batu nisan yang dicocokkan dengan sumber sejarah lain, para ahli menyimpulkan bahwa di kawasan itu ditemukan makam raja-raja Pasai. Sejumlah nisan terbuat dari marmer hadiah dari raja India. Bentuk nisan seperti Taj Mahal. Nisan dari Samudera Pasai tersebar ke perbukitan.

Selain makam raja-raja, kompleks pemakaman para penggawa kerajaan berada di Kecamatan Samudera. Nisan berbentuk batu yang dipahat dengan tulisan Arab bisa dijumpai di kompleks pemakaman Tengku Batee Balee.

Kebesaran Samudera Pasai, dari luas daerah kekuasaan ataupun kekuatan perdagangannya, membuat raja di daerah lain menghormati. Sayang, sampai kini bekas peninggalan Samudera Pasai itu belum dilestarikan.