Nationalgeographic.co.id—Kita sangat menyukai kucing, namun umumnya kita masih belum mengetahui banyak tentang nenek moyang mereka, hingga saat ini. Kucing adalah hewan peliharaan paling populer di dunia, keberadaan mereka menyebar di seluruh planet ini. Akan tetapi, untuk waktu yang lama, para ilmuwan belum yakin apa yang menyebabkan kucing bisa menjadi hewan peliharaan.
Para peneliti baru-baru ini menelusuri penyebaran kucing di seluruh dunia untuk menemukan hubungan keberadaan mereka dengan para petani, perjalanan mereka dengan para pedagang dan Viking, ujar Ewen Callaway kepada Nature.
Meskipun genom anjing telah disusun secara penuh pada 2005, butuh dua tahun untuk mengurutkan genom kucing yang tersebar di bumi ini. Pada 2014, akhirnya diterbitkan sebuah pemetaan keberadaan kucing yang lebih baik dari sebelumnya.
Baru-baru ini, Eva-Maria Geigl dari Insititute Jacques Monod di Paris, mempresentasikan penelitian komprehensif pertama penyebaran kucing melalui sejarah dalam sebuah konferensi di Oxford.
Geigl dan rekan-rekannya menganalisa DNA Mitokondria dari 209 kucing domestik yang ditemukan di dalam 30 situs arkeologi di Eropa, Afrika dan timur tengah. Keberadaan kucing dalam rentang sejarah manusia melalui jalur pertanian berawal pada abad ke-18.
Para peneliti menemukan bahwa penyebaran kucing terbagi dalam dua gelombang besar. Ledakan populasi pertama terjadi ketika pertanian muncul pertama kali di daerah timur Mediterania dan Turki, dimana nenek moyang liar kucing domestik hidup. Geigl memperkirakan bahwa ketika masyarakat mulai menyimpan biji-bijian, hal tersebut akan menarik perhatian para tikus. Keberadaan tikus ini pada akhirnya menarik keberadaan kucing liar.
Para petani pada zaman dahulu mungkin sudah melihat keuntungan memiliki kucing yang dapat mengontrol populasi hewan pengerat dan mendorong mereka untuk tetap tinggal didaerah tersebut dan akhirnya mengarah ke dalam budidaya kucing domestik.
Gelombang kedua penyebaran kucing terjadi pada beberapa ribu tahun kemudain, jelas Callaway. Tim Geigl menemukan bahwa kucing yang memiliki keturunan mitokondria dari Mesir mulai muncul di Bulgaria, Turki, dan Sub-Sahara Afrika antara abad ke-4 sebelum masehi. Pada masa itu tim percaya bahwa para pelaut sudah mulai memilihara kucing di atas kapal untuk mengontrol populasi tikus di atas kapal.
Kemudian, kucing-kucing menyebar ke kota-kota pelabuhan selama misi perdagangan. Bahkan, seekor kucing dengan DNA mitokondria Mesir ditemukan di dalam sebuah situs Viking yang berada di Jerman Utara sekitar 700 dan 1000 Masehi.
Baca Juga: Survei 4.300 Kucing Mengungkap Tujuh Kepribadian dan Perilaku Kucing
Tim juga menemukan bahwa DNA dari beberapa spesimen menentukan bahwa mutasi kucing tidak terjadi hingga abad pertengahan. Selama beberapa dekade, para peneliti percaya bahwa kucing telah dipelihara di Mesir sekitar 4.000 tahun yang lalu, tulis Stephanie Pappas di Livescience. Namun, pada kuburan manusia yang berusia 9.500 tahun di Siprus, terdapat tulang pula tulang kucing yang ditemukan pada 2004 silam mematahkan pendapat tersebut.
Dan dalam penelitian lain pada 2014, menunjukkan bahwa kucing domestik dibiakkan di Mesir pada 6.000 tahun yang lalu. Penemuan ini sesuai dengan kronologi yang dibuat oleh Geigl dan tim sehingga menunjukan bahwa sejarah manusia dan kucing jauh lebih panjang dan rumit daripada yang telah dipercaya sebelumnya.
Baca Juga: Investigasi Ungkap Penyebab Kematian Misterius 330 Kucing di Inggris