Hikayat Garam di Pulau Madura, Cermin Pertautan Manusia dan Alam

By National Geographic Indonesia, Minggu, 12 September 2021 | 11:11 WIB
Petani memikul garam yang baru dipanen di ladang garam Desa Pinggirpapas, Sumenep, Jawa Timur. (Hafidz Novalsyah/National Geographic Indonesia)

 

Nationalgeographic.co.id—Keunikan alam Madura jarang dijumpai di pulau-pulau lain di Indonesia. Sumatera dan Kalimantan yang memiliki sungai dan muara, garam sulit dibuat karena air lautnya tak begitu pekat—tentu ada ladang garam di sejumlah titik, seperti di Aceh.

Namun kisah panjang garam menyiratkan ikatan erat manusia Madura dengan alam sekitarnya. Selain tradisi, di ladang-ladang garam Madura terpampang kisah lain yang mampu menghidupi ribuan petani selama lima ratus tahun, yaitu teknik menangguk butir-butir garam. Hingga abad 21, setelah merdeka 76 tahun, rezeki petani garam Indonesia malah digulung garam imporan.

Proses pembuatan garam rakyat itu kerap disebut cara 'Madurese': cara orang Madura. Ini juga berarti pengakuan bagi teknik pegaraman yang berkembang di pulau bertabur makam keramat ini. Secara singkat, cara 'Madurese' adalah pembuatan garam dengan kristalisasi air laut secara total, garam diambil mulai dari lapisan terbawah hingga atas. Para petani garam secara tradisional memindahkan air laut antarmeja garam.