Pengungsi Afganistan di Indonesia, Membebani atau Menguntungkan Kita?

By Utomo Priyambodo, Senin, 13 September 2021 | 19:00 WIB
Pengungsi asal Afganistan menjadi sukarelawan yang mencukur rambut teman-teman senasibnya di Rumah Detensi Imigrasi, Tanjung Pinang. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Mahandis Yoanata Thamrin, Managing Editor National Geographic Indonesia, memiliki pengalaman meliput kondisi pengungsi asal Afganistan dan negeri lainnya di Indonesia sekitar sedekade lalu. Dalam tulisan berjudul “Mengejar Harapan di Tanah Seberang” yang terbit di National Geographic Indonesia edisi November 2011, Yoan—sapaan Mahandis Yoanata—menuliskan kisah para pengungsi asing yang ia temui di Jakarta, Bogor, dan Tanjung Pinang tersebut. 

Dalam Bincang Redaksi ke-34 National Geographic Indonesia bertajuk "Selidik Arsip: Pengungsi Afganistan dan Negara Lain di Indonesia" yang diadakan pada Sabtu sore, 4 September 2021, Yoan mengatakan sebenarnya sudah menjadi takdir bahwa Indonesia menjadi negara persinggahan bagi para pengungsi. "'Persinggahan' saya menyebutnya, bukan 'tujuan'," tegas Yoan. 

World Refugee Day (Hari Pengungsi Sedunia) diperingati setiap 20 Juni. Peringatan ini diselenggarakan oleh UNHCR dan mitranya. (Mahandis Yoanata Thamrin)

Para pengungsi yang Yoan tanyai, baik dari Afganistan maupun negara lainnya, mengatakan bahwa mereka sebenarnya bertujuan mencari suka ataupun kehidupan yang lebih baik ke Australia dan Selandia Baru. Mereka hanya singgah sementara di Indonesia yang menjadi rute perjalanan yang harus mereka lalui. Namun begitu, dengan beberapa alasan dan kondisi, mereka bisa tinggal cukup lama di Indonesia hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Feri Latief, fotografer yang menemani Yoan berkunjungan ke tempat pengungsian di Cisarua, Bogor, mengatakan bahwa masing-masing pengungsi memiliki latar belakang berbeda saat meninggalkan negara mereka. Ada yang memang merupakan korban perang dengan bekas-bekas luka di tubuhnya, ada pula yang merasa hidupnya terancam karena hidup di bawah rezim otoriter, rinci Feri. Ada dosen bergelar doktor, ada pula yang anggota militer berpangkat kolonel, tambahnya.

Baca Juga: Berulang Kali Kuasai Afganistan, Apa yang Sebenarnya Taliban Inginkan?

(National Geographic Indonesia)

Tujuan mereka pergi ke negara lain sama. "Sederhananya, mereka ingin mencari kehidupan yang lebih baik di negara yang lebih baik, lebih damai, lebih tenteram, dan lebih tertib," tutur Feri. 

"Biasanya yang benar-benar korban perang akan mendapatkan penempatan ke negara tujuan mereka dengan lebih cepat."

Feri juga mengatakan bahwa para pengungsi yang singgah di Indonesia bisa tinggal lama karena tak kunjung mendapatkan penempatan di Australia atau Selandia Baru dari UNHCR. Dan menurut Feri, kehadiran para pengungsi di Indonesia ini, meski kerap dianggap beban negara, sebenarnya turut menghidupkan perekonomian lokal setempat. 

Baca Juga: Mengenal Shamsia Hassani, Seniman Jalanan Wanita Pertama Afganistan