Alat Politik Soekarno: Sepak Bola Sebagai Medium Perjuangan Bangsa

By Galih Pranata, Selasa, 14 September 2021 | 13:00 WIB
Presiden Soekarno memberikan tendangan bola kehormatan dalam pertandingan sepak bola di Lapangan Batavia Voetbal Club (BVC), tampak Mr. Kosasih Purwanegara (berkacamata) ikut mendampingi presiden. (ANRI)

Soekarno memandang bahwa olahragawan adalah wakil-wakil dari bangsa dan negara dalam suatu ajang pertandingan dan perlombaan olahraga. "Setelah Indonesia dikeluarkan dari keanggotaan Komite Olimpiade Internasional, ia semakin lantang mendeklarasikan bahsa olahraga tak bisa dipisahkan dengan politik" tulisnya.

Sepak bola yang secara resmi didanai oleh negara sebagai medium untuk mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia dalam kompetisi internasional. "Bagi Soekarno, sepak bola adalah alat-alat perjuangan" tambahnya. Baginya, sepak bola dapat menunjukan eksistensi kebangsaan dan kenegaraan secara global.

Indonesia mengikutsertakan tim nasional sepak bolanya di Asian Games untuk pertama kalinya dengan membentuk tim nasional yang pertama setelah era kemerdekaan. PSSI membentuk timnas untuk Asian Games I, di New Delhi melalui keputusan kongres PSSI, tahun 1950 di Semarang.

Baca Juga: Terbuangnya Generasi Intelektual Indonesia Setelah Peristiwa 1965

Presiden Soekarno memberi selamat setelah memberikan piala kepada seorang pemain yang menjuarai pertandingan sepak bola di Lapangan Bataviase Voetbal Club (BVC). (ANRI)

"Secara langsung, sepak bola memiliki misi diplomatik untuk membudayakan seperti apa sepak bola Indonesia, sekaligus ajang promosi Indonesia secara resmi yang selalu mendapat dukungan negara" tambahnya. 

Hal ini ditulis juga dalam buku karya Maulwi Saelan yang berjudul Sepak Bola Jilid 1, terbitan 1970. Ia mendeskripsikan maksud dari persepsi Soekarno tentang sepak bola. "Sebelum pertandingan dimulai, dalam sepak bola terdapat seremoni berupa pemutaran dan menyanyikan lagu kebangsaan ketika kedua  kesebelasan timnas akan bertanding" tulisnya.

Baca Juga: Sukarno Bukan Tanpa Cela, Berkali-Kali Dia Dikritik oleh Soe Hok Gie

Mahasiswa dengan foto Sukarno yang dijarah dari sebuah toko komunis pada 1965. (Elisabeth Novina)

Maulwi Saelan menambahkan dalam tulisannya, "Ia (Soekarno) memfasilitasi beragam kebutuhan dalam sepak bola nasional, mulai dari infrastruktur hingga pendanaan, semua dikeluarkan untuk mewujudkan gelora nasionalisme melalui sepak bola". Demi merealisasikan cita-citanya, ia kemudian memprakarsai berdirinya stadion megah, Gelora Bung Karno pada 21 Juli 1962.

Soekarno dan PSSI telah berupaya mengirim. Sejumlah atlitnya ke berbagai ajang internasional. "Para pemain dan ofisial sangat bangga dengan perolehan mereka, tampil sebagai bagian dari sepak bola internasional, membawa lambang garuda di dadanya" tulis Maulwi. Apresiasi yang didapat oleh atlit adalah bagian dari penghormatan dan perasaan bangga pada bangsa dan negara.

Baca Juga: Pahit-Manis Kenangan Piala Dunia 1938: Hindia Belanda Disikat Hungaria

Maulwi menegaskan bahwa "Pada keikutsertaannya yang pertama di Olimpiade Helsinski 1952, timnas sepak bola Indonesia tidak lolos dari kualifikasi sehingga tidak ikut serta berlaga di olimpiade. Barulah pada Olimpiade Melbourne 1956, Indonesia lolos kualifikasi". 

Alat politik Soekarno yang disebut sepak bola, sejatinya telah membawa Indonesia mulai dikenal dunia internasional. Meskipun tak memeroleh sejumlah prestasi, namun memori dan pengalaman berharga untuk tampil membela Sang Garuda di kancah internasional, menjadi kebanggan tersendiri bagi setiap atlit.

Baca Juga: Bung Karno dan Sate Sebagai Penyambung Lidah Rakyat Asia-Afrika