Mencari Motif di Balik Misteri Pesawat yang Hilang

By , Selasa, 18 Maret 2014 | 08:45 WIB

Sejumlah posting di halaman Facebook-nya menyatakan bahwa pilot itu secara politik merupakan oposan dari koalisi yang memerintah Malaysia selama 57 tahun sejak negara itu merdeka.

Sehari sebelum pesawat itu hilang, pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, diputus bersalah dalam kasus sodomi dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Putusan itu di mata para pendukung Anwar dan kelompok hak asasi manusia internasional telah dipengaruhi kepentingan politik.

Ketika ditanya apakah latar belakang Zaharie sebagai pendukung oposisi sedang diperiksa, polisi senior itu hanya mengatakan, "Kami perlu memperhitungkan segala kemungkinan."

Malaysia Airlines mengatakan, pihaknya tidak yakin Zaharie akan menyabotase pesawat itu. Rekan-rekannya juga tidak percaya hal itu.

"Tolong, biarkan mereka temukan pesawat itu dulu. Zaharie tidak bunuh diri, bukan orang yang fanatik politik seperti yang beberapa media asing katakan," kata seorang pilot Malaysia Airlines yang dekat dengan Zaharie kepada Reuters. "Apakah salah bagi seseorang untuk memiliki pendapat politik?"

Kopilot Fariq adalah seseorang yang religius dan serius tentang kariernya, kata keluarga dan teman-temannya. Hal itu berlawanan dengan berita miring tentang sang kopilot.

Pakar ragu militan terlibat

Sejauh ini tidak ada rincian tentang penumpang atau awak yang punya kaitan kelompok militan, yang bisa menjelaskan motif untuk menyabotase pesawat itu. Kelompok militan Islam di Asia Tenggara, seperti Jemaah Islamiyah (JI), yang melakukan pengeboman di Bali tahun 2002, telah sepi dalam beberapa tahun terakhir setelah pasukan keamanan menangkap atau menembak mati banyak anggota mereka.

Para pakar mengatakan, mereka meragukan militan yang tersisa punya keterampilan atau kemampuan untuk melaksanakan sebuah pembajakan yang kompleks. "JI tidak terlibat kekerasan di wilayah itu sejak tahun 2007," kata Sidney Jones, Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict, yang berbasis di Jakarta. "Kelompok-kelompok lain yang aktif di Indonesia, dalam mencoba untuk membuat sejumlah rencana teror, semuanya tidak begitu kompeten. Saya akan sangat terkejut jika ada kelompok dari Indonesia, Filipina, atau Malaysia sendiri yang terlibat langsung."

Malaysia mengatakan, analisis terbaru dari data satelit menunjukkan bahwa sinyal terakhir dari pesawat yang hilang itu diterima pada pukul 08.11 pagi waktu setempat, atau hampir tujuh jam setelah pesawat itu berbalik arah di atas Teluk Thailand dan kembali menyeberangi Semenanjung Malaysia. Data itu tidak menunjukkan apakah pesawat itu masih terbang atau menentukan lokasinya pada saat itu. Terbang selama lebih dari tujuh jam tentu telah membuat pesawat itu kehabisan bahan bakarnya.