Inilah Dua Teori Paling "Gila" di Balik Misteri Hilangnya MH370

By , Rabu, 19 Maret 2014 | 11:35 WIB

Pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang belum juga membuahkan hasil memicu munculnya berbagai macam teori. Banyak yang spekulatif dan mungkin sulit dipercaya.

Diantara banyak teori yang berkembang, ada dua yang bisa disebut paling "gila". Pertama, MH370 sempat bersembunyi di balik pesawat Singapore Airlines SIA68. Kedua, MH370 jadi pesawat korban pembajakan cyber pertama di dunia.

Teori bahwa MH370 bersembunyi di balik SIA68 diungkapkan oleh Keith Ledgerwood. Slate.com, Senin (17/3) melansir, ini adalah teori paling "gila".

"Ini saya sadari ketika saya melihat rute SIA68 sekitar pukul 18.00 UTC. Selama 15 menit berikutnya MH370 terus mengikuti SIA68," ungkap Ledgerwood seperti dikutip BBC, Selasa (18/3).

Ledgerwood, seorang blogger yang mengamati dunia penerbangan, yakin bahwa MH370 bersembunyi di balik SIA68 dan sempat terbang di wilayah India dan Afghanistan.

"Karena MH370 terbang dalam "gelap" tanpa transponder, SIA68 tak akan tahu bahwa MH370 sedang ada di sekitarnya, dan ketika memasuki wilayah udara India, keduanya hanya akan tampak dalam satu blip dalam radar di ATC (air traffic controller) dan militer di sana," jelasnya.

SIA68 sendiri terbang dari Singapore ke Barcelona. Di satu lokasi, seperti misalnya Xinjang, Kyrgyzstan, atau Turkmenistan, MH370 bisa memisahkan diri dan mendarat.

Bila teori "gila" pertama berkisar tentang bagaimana MH370 bisa tak terdeteksi banyak radar, teori kedua berkaitan dengan dugaan pembajakan. Soal pembajakan, walau banyak kalangan yang yakin, sampai saat ini hal itu masih dugaan.

Bagaimana MH370 dibajak? Pakar antiterorisme asal Inggris, Sally Leivesley, mengungkapkan bahwa pesawat modern macam Boeing 777-200ER bisa dibajak dengan USB atau telepon seluler.

"Tampak lebih dan lebih meyakinkan bahwa beberapa sistem kontrol diambil alih dengan sengaja, seseorang duduk menguasai autopilot, atau dengan perangkat di lokasi lain yang mematikan sistem," kata Leivesley.

"Telepon seluler bisa digunakan untuk melakukannya, atau USB. Ketika pesawat di udara, Anda bisa memasukkan perintah dan kode yang memulai, dalam sinyal, sebuah proses tertentu," imbuhnya.

Hal itu lebih mudah dilakukan saat ini karena bahkan sistem in-flight entertainment juga bisa terkoneksi dengan USB penumpang.

"Apa yang kita temukan sekarang adalah bisa saja telepon seluler digunakan untuk memulai sebuah aplikasi jahat, atau malware, di komputer untuk memulai seluruh instruksi," jelasnya seperti dikutip Sydney Morning Herald, Selasa.