Ketika Mendengar Cerita, Irama Jantung dan Pernapasan Turut Mengikuti

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 15 September 2021 | 17:30 WIB
Ketika mendengar cerita, irama jantung dan pernapasan kita ternyata turut mengikuti agar selaras dengan isi cerita. Perhatian lebih menjadi kuncinya. (Wavebreakmedia/Getty Images/iStockphoto)

Laporan penelitian itu berjudul Conscious processing of narrative stimuli synchronizes heart rate between individuals, yang melibatkan 14 peneliti dari Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat.

"Ada banyak catatan yang menunjukkan bahwa orang menyelaraskan fisiologi mereka satu sama lain. Tetapi landasannya adalah entah bagaimana cara Anda berinteraksi dan secara fisik menghadirkan tempat yang sama," terang rekan penulis senior Lucas Parra, dikutip dari Eurekalert. Dia adalah profesor Department of Biomedical Engineering di City College of New York.

"Apa yang kami temukan adalah bahwa fenomenanya jauh lebih luas, dan hanya mengikuti sebuah cerita dan memproses stimulus akan yang nantinya menyebabkan fluktuasi serupa pada detak jantung kita. Ini adalah fungsi kognitif yang mendorong detak jantung kita naik atau turun."

Dalam laporan, para peneliti melakukan empat eksperimen yang bertujuan mengeksplorasi peran kesadaran dan perhatian dalam menyelaraskan irama jantung para sukarelawan. Cara pertama, para sukarelawan yang sehat ditugaskan untuk mendengar buku audio berjudul 20.000 Leagues Under the Sea karya Jules Verne.

Baca Juga: Turunkan Risiko Penyakit Kardiovaskular dengan Makanan Kaya Vitamin K

Di sebuah teater di Kota Gaza, para wanita menampilkan cerita untuk khalayak wanita yang secara eksklusif memperluas tradisi cerita lisan yang kaya di Gaza. Topik meliputi cinta, pernikahan, persahabatan dan keluarga. (Monique Jaques)

Ketika mendengarkan buku audio tersebut, lewat pengukuran elektrokardiogram (EKG), detak jantung mereka berubah berdasarkan apa yang terjadi dalam cerita. Pola yang sama terjadi pada sebagian besar subjek, mereka mengalami peningkatan dan penurunan detak jantung pada titik-titik yang sama dalam narasi.

Eksperimen kedua, para sukarelawan menonton video singkat instruksional. Penggunaan video ini dinilai dapat memaparkan tanpa variasi emosional yang di dalamnya, sehingga bisa menegaskan irama jantung bisa berubah tanpa ada dorongan emosional.

Para sukarelawan mengalami pergolakan pola yang sama. Tetapi ketika menonton video untuk kedua kalinya, sambil menghitung mundur di kepala mereka, mereka mengalami perhatian yang kurang. Sehingga mengakibatkan penurunan sinkronisasi detak jantung, yang berarti butuh perhatian lebih pada tayangan untuk mempengaruhi.

"Yang penting adalah pendengar memperhatikan tindakan dalam cerita," tambah rekan penulis senior Jacobo Sitt, dari Paris Brain Institute and Inserm. "Ini bukan tentang emosi, tetapi tentang keterlibatan dan perhatian, dan memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Jantung Anda merespons sinyal-sinyal itu dari otak."

Baca Juga: Ilmuwan Pecahkan Misteri Jantung Leonardo Da Vinci Berusia 500 Tahun