Perempuan Arab Penjaga Terusan Suez, Inspirasi Patung Liberty

By National Geographic Indonesia, Kamis, 16 September 2021 | 20:30 WIB
Liberty Enlightening the World—Patung Liberty di New York, Amerika Serikat. Patung berukuran raksasa ini diresmikan pada 28 Oktober 1886, memperingati seabad kemerdekaan Amerika Serikat. (wallpapercave)

Nationalgeographic.co.id—Patung Liberty yang sangat ikonik di New York itu terinspirasi dari perempuan Arab penjaga Terusan Suez di Mesir.

Kita semua pasti tidak asing dengan Patung Liberty, ikon demokrasi dan kebebasan di Amerika serikat. Tapi tahukah kita jika Patung Liberty di New York itu terinspirasi dari perempuan Arab penjaga Terusan Suez di Mesir?

Temuan sejumlah peneliti ini tentu saja mengundang perdebatan sengit dari berbagai kalangan. Terlepas dari itu, US National Park Service, yang menjaga patung tersebut mengatakan, pematung Perancis yang merancang Patung Liberty, Frederic Auguste Bartholdi, melakukan perjalanan ke Mesir pada 1855-1856. Dia pun memiliki ketertarikan terhadap monumen-monumen publik berskala besar dan patung-patung raksasa.

 

Saat Mesir membuat proposal pada 1869 untuk membangun sebuah mercusuar bagi Terusan Suez, Bartholdi merancang sebuah patung besar tentang perempuan berjubah yang memegang obor. Patung itu dijuluki “Mesir (atau Kemajuan) Membawa Cahaya ke Asia”.

“Mula-mula, patung itu mengambil sosok seorang perempuan petani berkerudung,” jelas Barry Moreno, yang telah menulis tentang patung tersebut, sebagaimana telah dikutip Smithsonian Institution.

“Bartholdi memproduksi sejumlah gambar di mana patung yang diusulkan itu awalnya berupa seorang perempuan petani Mesir yang perkasa, atau petani Arab, dan secara bertahap berkembang menjadi seorang dewi raksasa,” tambah Edward Berenson, yang juga menulis tentang sejarah patung Liberty.

Baca Juga: Hashshashin, Pembunuh Terampil Sekte Muslim Rahasia Persia dan Suriah

Patung Liberty sedang dibangun di Paris, sekitar 1884, karya Frederic Auguste Bartholdi. (Christiane Wagner/ResearchGate)

Ketika itu, sebagian besar rakyat Mesir adalah Muslim; sekitar 86 persen di Aleksandria dan Kairo, dan 91 persen di daerah lain.

Kesempatan kedua akhirnya datang juga. Saat itu, sejarawan Perancis, Edouard de Laboulaye, memunculkan gagasan tentang sebuah monumen yang dipersembahkan orang-orang Perancis bagi Amerika Serikat yang mereprentasikan Liberty Enlightening the World (Kebebasan yang Mencerahkan Dunia). Tahun 1870, Bartholdi mulai merancang patung itu berdasarkan pada desain yang dia punyai sebelumnya. Patung itu diresmikan tahun 1886.

Seberapa akrab peradaban Amerika dengan peradaban Muslim? Voice of America pernah melansir tentang kota yang namanya akrab dengan dunia Muslim.

“Di Amerika ada kota bernama Allah di Arizona dan Mahomet, di Illinois. Mahomet itu diberikan meniru nama Nabi Muhammad. Mayoritas penduduk kota itu bukan Muslim. Mereka memberi nama itu sebagai penghormatan terhadap kebudayaan Muslim dan peradaban Muslim,” kata Husein Rashid kepada Voice of America. Rashid merupakan pakar Kajian Timur Tengah dari Columbia University, yang menceritakan bahwa Muslim tiba di benua Amerika bersama Christopher Columbus.

Setidaknya terdapat dua masjid yang tercatat sebagai masjid tertua di Amerika, yang pertama di Ross, North Dakota, yang didirikan pada 1929, dan yang kedua di Cedar Rapids, Ohio, yang didirikan pad 1934. Masid-masjid atau pusat-pusat kegiatan Islam belakangan juga mengilhami banyak arsitektur gedung-gedung mewah dan terkenal di banyak kota besar di Amerika.

Baca Juga: Ibnu Haytham, Ilmuwan Muslim Yang Menginspirasi Dunia Keilmuan Barat

Masjid tertua yang masih ada di Amerika Serikat, berada di padang rumput terpencil di Ross, North Dakota. Masjid ini dibangun pada 1929. (The New Republic)

Merebaknya pengaruh Islam di Amerika tak lepas dari pengaruh orang-orang besar seperti pejuang hak-hak sipil Malcolm X dan petinju legendaris Muhammad Ali. Mereka memeluk Islam sewaktu nama mereka masih menjadi sorotan besar di Amerika dan bahkan dunia. Sementara itu pemilik merek yogurt terkenal Chobani, Hamdi Ulukuya, dan pemilik usaha rangkai buah Edible Arrangement, Tariq Farid, ternyata mereka adalah muslim.