"Bahkan berharap-harap cemas, tidak peduli seberapa jauh, tentu saja, kami berdoa dan kami akan melanjutkan pencarian kami untuk para korban, " kata Hishammuddin. Pada Senin (31/3), Hishammuddin berbalik lagi mengutip gaya Najib yang hati-hati berbicara soal kecelakaan dan korban.
Dua versi transkrip komunikasi terakhir dari kokpit MH370
Pada 17 Maret 2014, otoritas Malaysia secara terbuka menyatakan kalimat terakhir dari kokpit pesawat yang hilang adalah, "All right, good night." Setelah menjadi bahan olok-olok dan kecaman luas, Senin (31/3), pemerintah Malaysia merilis transkrip yang mencantumkan kalimat terakhir dari kokpit adalah, "Good night Malaysian three seven zero."
Tidak ada petunjuk baru dari transkrip versi pemerintah ini. Namun, kritik menyoroti pemerintah Malaysia yang tahu ada kata-kata salah dalam versi transkrip yang telah beredar luas selama dua pekan pernah menyatakan tak akan merilis transkrip dengan dalih terkait penyelidikan, tiba-tiba berubah pikiran.
"Sekarang ini satu hal. (Bisa jadi) akan ada satu lagi berikutnya," kecam analis penerbangan Mary Schiavao kepada CNN. "Ini buruk untuk investigasi penerbangan sipil dan penyelidikan kriminal. Ada 239 keluarga terkait (dengan insiden ini). Kritik tinggi ada sekarang." Dia pun mempertanyakan kredibilitas dari pergeseran penyelidikan insiden ini.
Ketidakpastian soal pemilik suara terakhir dari kokpit
Awalnya, otoritas Malaysia mengatakan pemilik suara dalam komunikasi terakhir dari kokpit adalah co-pilot Fariq Abdul Hamid. Namun, Senin, pemerintah Malaysia mengatakan belum dapat memastikan suara itu milik Fariq.
Hishammuddin sebelumnya menyampaikan informasi pemilik suara tersebut lewat pernyataan tertulis. Dia mengatakan polisi sedang mengonfirmasi keyakinan Fariq sebagai pemilik suara dan pemeriksaan forensik rekaman masih berlangsung.
Penundaan perubahan zona pencarian di Samudra Hindia
Pada Jumat (28/3), daerah pencarian di Samudra Hindia lagi-lagi berubah, bergeser 600 kilometer lebih ke arah timur laut dari dugaan semula. Dalihnya, penyempurnaan data radar dan satelit, dengan asumsi pesawat tak akan sanggup mencapai kawasan yang lebih ke selatan sebagaimana diklaim oleh Pemerintah Australia.
Namun, Wall Street Journal, Senin (31/3), mengutip sumber yang mensyaratkan anonimitas karena punya kaitan erat dengan penyelidikan ini, menulis bahwa perubahan zona pencarian itu sudah tertunda tiga hari gara-gara masalah koordinasi antara negara-negara pencari dan perusahaan penerbangan.
Andy Pasztor, salah satu wartawan penulis artikel tersebut mengatakan satu pihak bekerja berdasarkan data satelit sementara pihak lain menggunakan asumsi bahan bakar yang tersisa dan kinerja pesawat. "Jadi kita mencari dengan penundaan tiga hari, di mana orang-orang ini jelas mencari di tempat yang salah."