Nationalgeographic.co.id—Galaksi dapat menerima dan bertukar materi dengan lingkungan luarnya berkat angin galaksi yang diciptakan oleh ledakan bintang. Sebuah tim peneliti internasional kini telah memetakan angin galaksi ini untuk pertama kalinya. Pengamatan unik ini membantu mengungkap di mana beberapa materi alam semesta yang hilang berada dan untuk mengamati pembentukan nebula di sekitar galaksi.
Galaksi bisa diibaratkan seperti pulau bintang di alam semesta. Ia memiliki materi biasa atau barionik, yang terdiri dari unsur-unsur pada tabel periodik, serta materi gelap, yang komposisinya masih belum diketahui.
Akan tetapi, salah satu permasalahan penting yang dihadapi ilmuwan ketika hendak memahami proses pembentukan galaksi adalah bahwa sekitar 80 persen baryon yang menyusun materi biasa alam semesta tidak ditemukan, atau bahkan persis tidak ada. Banyak model galaksi yang menunjukkan bahwa baryon ini telah dikeluarkan dari dalam galaksi ke ruang intergalaksi oleh angin galaksi yang tercipta akibat adanya ledakan bintang.
Sebuah tim internasional, yang dipimpin di pihak Prancis oleh para peneliti dari CNRS dan l'Université Claude Bernard Lyon 1, berhasil menggunakan instrumen MUSE (The Multi Unit Spectroscopic Explorer) dari Very Large Telescope di ESO untuk pertama kalinya menghasilkan peta terperinci dari pertukaran penggerak angin galaksi antara galaksi muda dalam formasi dan nebula (sebuah awan gas dan debu antarbintang).
“Penelitian kami baru-baru ini berfokus pada pengamatan membatasi aliran gas dalam medium circumgalactic (CGM) di sekitar galaksi jauh. Saya mencoba mengukur bagaimana gas (dingin) diakresi dari CGM ke galaksi dan dikeluarkan dari galaksi ke CGM.” kata Johannes Zabl, seorang astronom observasional yang turut menjadi penulis dalam studi ini.
Tim peneliti dalam studi ini memilih untuk mengamati galaksi Gal1 karena kedekatannya dengan quasar, yang berfungsi sebagai "mercusuar" bagi para ilmuwan dengan membimbing mereka menuju ke area studi. Mereka juga berencana untuk mengamati nebula di sekitar galaksi ini, meskipun keberhasilan pengamatan ini pada awalnya tidaklah pasti, karena luminositas nebula tidak diketahui.
“Untuk tujuan ini, kami secara kinematik menghubungkan penyerapan CGM yang kami temukan di quasar latar belakang dengan kinematika galaksi di mana halo-halo gas CGM berada. Data untuk pekerjaan ini berasal dari survei MEGAFLOW.” kata Zabl, dilansir dari situs pribadinya, Observing the Universe.
MEGAFLOW (MusE GAs FLOw and Wind), adalah sebuah proyek bagian dari kolaborasi MUSE GTO, yang mempelajari kinematika struktur gas dingin seperti cakram yang diperluas di sekitar z yang mendekati 1 galaksi pembentuk bintang.
“Dalam makalah MEGAFLOW terbaru kami, kami menyelidiki medium sirkumgalaksi dari galaksi jauh (z=0,7) dalam penyerapan dan, yang cukup spektakuler, juga dalam emisi.” terang Zabl.
Hasil kajian Johannes Zabl dan rekan-rekannya mengenai angin galaksi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society pada 28 Juli 2021 dengan judul MusE GAs FLOw and Wind (MEGAFLOW) VIII. Discovery of a Mgii emission halo probed by a quasar sightline.
Dalam laporan itu dijelaskan bahwa berkat posisi sempurna galaksi dan quasar serta penemuan pertukaran gas akibat angin galaksi, para ilmuwan berhasil membuat peta. Peta ini memungkinkan pengamatan pertama informasi nebula secara bersamaan memancarkan dan menyerap magnesium—beberapa baryon alam semesta yang hilang—dengan galaksi Gal1.
Jenis nebula materi normal ini dikenal di alam semesta dekat, tetapi keberadaan mereka untuk galaksi-galaksi muda dalam formasi hanya diduga saja.
Dengan demikian, para ilmuwan telah menemukan beberapa baryon alam semesta yang hilang, ini berarti mengonfirmasikan bahwa 80-90 persen materi normal terletak di luar galaksi. Penemuan ini akan membantu memperluas model untuk evolusi galaksi di masa depan.