Walau masih tergantung pada orangtua, anak berhak untuk tumbuh bebas, menjelajah, mengenal benar dan salah, tanpa rasa dipersalahkan.
Biarpun kedua orangtua sibuk berkarier, perhatian dan jumlah waktu kebersamaan dengan anak tetaplah penting. Menitipkan pengasuhan pada pembantu, nenek-kakek, paman, tetangga, bukanlah jalan keluar terbaik. Ingat, kasus kekerasan dan kekerasan seksual kadang datang dari orang terdekat. "Jangan percayai 100 persen anggota keluarga yang seharusnya melindungi. Bukan untuk menumbuhkan sikap terlalu mencurigai, tapi ada baiknya jaga-jaga," tutur Magdalena.
Ancaman juga bisa datang dari media massa yang menampilkan kekerasan dan seks secara terbuka. Juga dari penyalahgunaan internet dan VCD porno bajakan yang murah dan mudah didapat. "Ada beberapa kasus pencabulan oleh tetangga di lingkungan pemukiman padat karena pengaruh tayangan porno. Juga ada fenomena, laporan kasus berturut-turut meningkatkan kasus pencabulan oleh anak yang lebih besar terhadap anak yang lebih kecil, antara lain juga karena pengaruh tayangan porno ini," ungkap Maria.
Jadi, persiapkan anak dengan pendidikan seks yang sehat dan sesuai tingkatan usianya. Ibu adalah tangan pertama yang harus menangani, dengan bahasa anak yang mudah dimengerti. Pada usia 3-4 tahun, anak sudah bisa diperkenalkan pada bagian-bagian tubuh, termasuk bagian intim lawan jenis.
Memasuki prasekolah dan kelompok bermain, anak sudah bisa diingatkan untuk menjaga diri. Misalnya; tak boleh bersentuhan dengan sembarangan orang, kecuali bersalaman. Pokoknya, bagian yang ditutupi baju tak boleh disentuh. Kalau dipegang-pegang, siapa pun dia, berteriaklah.
Kasus inses pada anak lelaki dan perempuan juga mengingatkan, bahwa anak bisa dipesankan tak boleh ada yang menyentuh bagian intimnya selain ibu. Ayah atau paman hanya boleh menyentuh kelaminnya bila memang itu diperlukan saat membasuhnya sehabis buang air kecil atau air besar. Bila perlu, berkonsultasilah dengan psikolog untuk cara memberikan pendidikan seks yang sehat bagi anak.