Bagaimana Arkeolog Mengetahui Keberadaan dan Umur Benda Prasejarah?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 23 September 2021 | 20:30 WIB
Para arkeolog kerap mengungkap temuan benda prasejarah. Tetapi bagaimana caranya mengetahui suatu tempat adalah situs prasejarah, hingga mengetahui umurnya? (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Laporan warga sangat penting untuk penelitian. Di satu sisi perlu ada peningkatan kesadaran warga akan pentingnya pengungkapan situs purbakala, karena akan ada rasa kebanggaan sendiri terkait leluhur di tanahnya.

Para arkeolog di Indonesia lebih mengandalkan laporan warga, karena keterbatasan SDM dari lembaga penelitian. Selanjutnya, berdasarkan laporan tersebut, arkeolog akan bereksplorasi untuk mengembangkan situs-situs lainnya. Suatu situs bisa diungkap dengan pertimbangan lingkungan, seperti gua, sifat tanah, dan kedekatannya dengan sumber air.

"Setelah situs satu ditemukan, penelitinya mensurvei areal di sekitar situs tersebut," ujarnya saat dihubungi National Geographic Indonesia, Kamis (23/09/2021).

Baca Juga: Alat Berburu dan Meramu Masyarakat Sulawesi pada Ribuan Tahun Lalu

Gua dengan struktur tanah yang cenderung kering dan dekat dengan sumber air, biasanya menyimpan jejak peradaban prasejarah. (AA Oktaviana)

"Misalnya kayak di Maros-Pangkep, di antara Leang Jarie sama Leang Burung, itu ada beberapa situs di sana yang kita temukan, seperti Leang Balang Pakalu—itu saja kita temukan hampir sekitar tujuh situs tambahan seperti gua-gua begitu, ada cap tangan, ada sampel, cuma belum kita publikasikan, karena belum dianalisis."

Dia telah mengikuti berbagai penelitian arkeologi, khususnya di Leang-Leang, Sulawesi Selatan sejak 2014. Kini, ia sedang melakukan penelitian terkait rute migrasi manusia berdasarkan data sampel dari cadas yang ditemukan.

Melansir Discover Magazine, para arkeolog juga bisa menemukan situs purbakala dengan mencari indikator halus seperti situs terkubur lewat mengintip tanah menggunakan radar yang menembus tanah. Atau juga bisa dengan secara sederhana lewat citra satelit Google Earth, yang keunggulannya bisa dipetakan, sebagaimana Adhi Agus Oktaviana juga biasa lakukan.