Nationalgeographic.co.id - Masih belum terungkap bagaimana manusia pertama bermigrasi ke Kepulauan Karibia. Para ilmuwan memperkirakan kedatangan manusia ke sana sekitar 5.000 hingga 8.000 tahun silam, dan diyakini sebagai tempat terakhir penduduk asli Amerika setelah menetap di pesisir timur Amerika Utara dan utara Amerika Selatan.
Keberadaan mereka baru diketahui orang Eropa setelah pelaut Spanyol, seperti Christopher Colombus yang berharap menemukan rute menuju India, tiba di sana akhir abad ke-15.
Berikutnya, Kepulauan Karibia memasuki era penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara Eropa. Tentu, tak ada proses kolonialisasi yang dilakukan tanpa perang, dan sistem politik yang mengakibatkan banyak penduduk asli musnah.
Rupanya, berdasarkan sebuah studi di jurnal Nature 23 Desember 2020 lalu, mengungkap tanda penduduk asli Kepulauan Karibia telah dimusnahkan oleh pendatang baru dari Amerika Selatan 1.000 tahun sebelum kedatangan orang Spanyol.
Laporan penelitian itu berjudul A genetic history of the pre-contact Caribbean, sebagai lanjutan dari analisis genom 93 individu penduduk Karibia 3.200 hingga 400 tahun yang lalu, dalam makalah Juli 2020 di Science.
Rantai yang hilang ini membuat para peneliti bisa mengungkap kesenjangan peradaban, yang kemudian dihubungkan dalam makalah yang diklaim "dapat melukiskan gambaran yang sangat rinci tentang sejarah awal Karibia," ujar Johannes Krause, rekan penulis makalah Science dari Max Planck Institute for the Science of Human History.
Hasil penelitian di Desember 2020 itu mengungkap DNA dari 174 individu yang digali dari Venezuela dan Bahama, untuk membantu mengungkapkan temuan lewat teknologi genetika terbaru. Sebab, mengekstrak DNA dari tulang di tempat yang basah dan hangat seperti di Karibia tidak mungkin dilakukan secara metode biasa.
Baca Juga: Spesies Baru dari Iguana Hitam Ditemukan di Karibia, Seperti Apa?
Kedua penelitian itu mengungkap bahwa gelombang masyarakat pertanian yang membuat tembikar di Karibia, berasal dari pantai timur laut Amerika Selatan yang dimulai sekitar 2.500 tahun yang lalu dengan pelayaran kano. Meski demikian, kedatangan itu bukanlah penyerangan pertama terhadap masyarakat yang sudah memasuki zaman keramik itu.
Lewat pelayaran yang melintasi pulau-pulau, tentu mereka bertemu dengan orang yang telah hidup menetap di sana. Sedangkan peradaban pemburunya atau zaman purba, tampaknya sebagian besar telah menghilang seiring para pendatang baru muncul.
Jejak itu hanya sedikit ditemukan lewat sisa genetik terbatas dari individu purba di komunitas peninggalan zaman keramik, yang diasumsikan adanya dua kelompok yang jarang bercampur. Masyarakat zaman keramik itu diperkirakan menggantikan populasi peradaban sebelumnya yang kemungkinan lewat penularan penyakit atau kekerasan, setelah menetap di pulau-pulau baru.
"Hal yang luar biasa adalah bahwa cara hidup [masyarakat] kuno tempaknya bertahan di Kuba barat hingga sekitar 900 M," kata William Keegan, rekan penulis studi di Nature yang merupakan seorang arkeolog di Florida Museum of Natural History, dikutip dari National Geographic.
"Mereka tampaknya hidup tanpa gangguan dan dengan sedikit pencampuran."
Pada laporan di Science, Krause dan tim memaparkan bahwa penduduk asli pulau-pulau besar Karibia, ternyata lebih sedikit ketika Spanyol tiba pada abad ke-15, dibandingkan catatan yang dilaporkan pendatang Spanyol sendiri.
Baca Juga: Jazirah Arab Dulunya Hijau dan Jadi Rute Migrasi Penting Manusia Purba
Rincinya, para peneliti berhasil mengungkap berdasarkan data genetik dengan model matematika, ada puluhan ribu penduduk di pulau besar seperti Hispaniola—pulau yang kini terdiri dari Haiti dan Republik Dominika—dan Puerto Riko. Padahal, berdasarkan catatan biarawan Spanyol yang dikutip Krause dan tim, diperkirakan ada 3,5 juta orang di Hispaniola.
Dengan perbedaan data ini, bisa diasumsilkan bahwa penduduk asli sebenarnya telah hilang karena penyakit atau dampak lain di luar invasi Eropa.
"Pendekatan baru dalam memperkirakan ukuran populasi masa lalu ini berpotensi merevolusi pandangan kita tentang migrasi masa lalu dan perubahan budaya," kata Krause.
Kemudian dalam hitungan besar penduduk asli Karibia lenyap setelah kedatangan orang Spanyol. Dalam studi, para peneliti menunjukkan bahwa DNA mereka mampu bertahan di penduduk pulau di masa berikutnya, dan gennya bercampur dengan para pendatang Eropa maupun orang Afrika yang diperbudak.
Baca Juga: Suku Taino, DNA Penyintas Zaman Kedatangan Colombus di Amerika