Perubahan Iklim: Permasalahan yang Memicu Krisis Kesehatan Masyarakat

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 22 September 2021 | 17:30 WIB
Perubahan iklim dapat memicu kerusakan lingkungan yang sangat berhubungan pada kesehatan masyarakat yang bergantung pada sekitarnya. (Ricky Martin/National Geographic Indonesia)

Penyakit menular dan mental

Pagebluk seperti COVID-19 sangat mungkin terjadi kembali di masa depan akibat perubahan iklim. Robert Bayer dari Cambrige University dalam laporan National Geograpihic Indonesia sebelumnya memaparkan, bahwa perubahan iklim mengakibatkan hewan pembawa virus mencari harus bermigrasi akibat suhu global.

"Ini tidak hanya mengubah wilayah di mana virus berada, tetapi kemungkinan besar berpotensi adanya interaksi baru antara hewan dan virus, menyebabkan lebih banyak virus berbahaya ditularkan atau berkembang," ujarnya Februari lalu.

Selain itu Haines juga menerangkan perubahan iklim bisa meningkatkan risiko penyakit yang dapat ditularkan lewat air seperti kolera, demam tifoid, dan parasit. Penyakit itu bisa menyerang bila seseorang berinteraksi dengan air kotor atau banjir.

Baca Juga: Studi Jelaskan Bagaimana Perubahan Iklim Memicu Pagebluk Covid-19

Kondisi kelelahan yang dihadapi tenaga kesehatan atau nakes di Indonesia akibat lonjakan kasus COVID-19. (Stenly Pontolawokang/National Geographic Indonesia)

Ada pula kesehatan mental bisa mengancam kita lewat bencana seperti banjir dan kebakaran hutan. Kabar Juni lalu, akibat cuaca ekstrem membuat banyak orang mengalami trauma, stres, dan depresi. 

Nadeau dalam studinya yang sudah disebutkan di atas, kesehatan mental meningkatkan orang berkunjung ke IGD akibat kebakaran hutan di Amerika Serikat. Mereka kehilangan rumah, pekerjaan, dan orang-orang yang dicintai. "Apa masalah akut tercepat yang berkembang? Ini psikologis," ujarnya.

Kendati demikian, Nadeau berpendapat, situasi pagebluk COVID-19 yang terjadi lebih dari setahun belakangan ini membuka peluang para pemimpin dunia untuk berpikir lebih luas dan strategis. Misal, karena masalah efisiensi dan kesetaraan, banyak negara tanggap untuk strukturisasi ulang fasilitas kesehatan mereka.

Baca Juga: Krisis Iklim Turut Memberikan Dampak yang Besar bagi Kesehatan Mental

Selain itu, banyak pihak yang mulai mencari cara baru untuk mengurangi limbah dan emisi, dengan energi terbarukan.

Haines menanggapi beberapa negara juga terikat dengan Perjanjian paris untuk emngurangi pemanasan global di bawah 2 derajat Celsius, lewat pengurangan emisi. " “Ketika Anda mengurangi emisi tersebut, Anda juga bermanfaat bagi kesehatan dan planet ini,” terangnya. Beberapa negara pun juga terlihat mulai melaksanakan pengembangannya.

"Ini ada di tangan kita untuk dilakukan," kata Nadeau. "Jika kita tidak melakukan apa-apa, itu akan menjadi bencana besar."

Baca Juga: Jutaan Orang Akan Mati jika Dunia Gagal Tepati Perjanjian Iklim