1. Pelanggaran paritas
Pada abad ke-20, fisikawan menetapkan pentingnya simetri matematika dalam hukum alam. Sementara segala macam perubahan terjadi di dunia fisika, namun perbedaan itu digambarkan dengan cara yang sama. Jadi tampak jelas bahwa melihat alam semesta di cermin—perbedaan kanan dan kiri—seharusnya tidak berpengaruh pada keakuratan persamaan tersebut.
”Tidak diragukan lagi bahwa semua hukum alam tidak berubah sehubungan dengan pertukaran kanan dengan kiri,” ujar Hermann Weyl, seorang ahli matematika terkemuka yang meninggal pada 1955.
Akan tetapi, pada 1956 fisikawan Tsung-Dao Lee dan Chen Ning Yang menerbitkan makalah teoretis yang menyarankan sebaliknya. Mereka menunjukkan bahwa alam memang membedakan kiri dan kanan (dalam istilah teknis, melanggar paritas). Pembusukan beta radioaktif atom kobalt dan peluruhan partikel tidak stabil yang disebut muon, keduanya menunjukkan perbedaan kiri-kanan dalam arah yang ditempuh oleh partikel beta yang dipancarkan—sebuah kejutan besar.
“Itu sangat sok!” kenang Leon Lederman, salah satu peneliti, dalam sebuah wawancara empat dekade kemudian dilansir dari Science News.
Baca Juga: Jawaban Sains untuk 'Bisakah Seseorang Berjalan Di Atas Air?'
2. Gas mulia penghasil senyawa
Pada 1890-an, ahli kimia menambahkan keluarga baru unsur ke tabel periodik Dmitrii Mendeleev—gas inert. Helium (terdeteksi di matahari beberapa dekade sebelumnya tetapi tidak di Bumi sampai 1895), neon, argon, xenon, kripton, dan radon sebelumnya telah terlewatkan karena mereka tidak—sejauh yang diketahui orang—membuat senyawa dengan unsur lain. Atom-atom tahan reaksi itu dikenal sebagai gas inert atau gas mulia, karena dalam kondisi biasa mereka ada dalam bentuk gas. Semua buku sekolah mengajarkan bahwa susunan elektron di sekitar atom gas inert menghalangi setiap peluang untuk kombinasi kimia.
Namun pada 1962, sebuah surat kabar memberitakan tentang ”senyawa 'mustahil' yang dibuat dengan gas inert”. Artikel itu melaporkan senyawa xenon, xenon tetrafluoride, dibuat di Argonne National Laboratory di Illinois, sementara mereka juga mengakui bahwa sebelumnya pada 1962 ahli kimia Neil Bartlett telah menyiapkan senyawa xenon lain, xenon-platinum hexafluoride.
Baca Juga: Selidik Sains: Mengapa Anjing dan Kucing Gemar Dielus di Kepalanya?