Dua pekan lalu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dengan bangga mengirab piala internasional bertitel Socrates Award.
Penghargaan itu baru saja diterimanya dari Europe Business Assembly (EBA), lembaga yang bermarkas di Oxford, Inggris. (Baca: Surabaya Raih Penghargaan Kota Masa Depan)
Kirab itu disambut meriah warga yang sedang menikmati libur, Minggu (20/4). Iring-iringan jip terbuka yang ditumpangi Risma menjadi pusat perhatian saat melintasi Jalan Raya Darmo yang pagi itu menjadi arena car free day.
Warga pun berebut mendekat, ingin melihat benda berkilau yang digenggam Risma pagi itu. Piala berwarna emas itu tergenggam di tangan kanannya. Di belakang Risma, ikut serta Kabag Humas Muhammad Fikser. Pejabat kelahiran Papua itu memegang sertifikat atau piagam berpigura. Wajah Fikser tak kalah berseri-seri memegang piagam penyerta piala yang ditenteng.
Bagian Humas Pemkot Surabaya sendiri membagi siaran pers kepada wartawan dan kantor media massa. Isinya, menyatakan kebanggaan atas penghargaan Socrates Award 2014 untuk kategori Innovative City of the Future.
"Kota Surabaya menjadi kota pertama di dunia yang mendapatkan award ini untuk kategori kota," begitu di antara tulisan di laman Humas Pemkot Surabaya. Kategori "Innovative City of the Future" merupakan penghargaan yang diberikan atas keberhasilan membangun kota masa depan, yang berciri menonjolkan pendekatan kemanusiaan.
Kini, setelah piala itu disimpan di ruang kerja Wali Kota, tetap saja warga membicarakannya. Sebagian warga membicarakan karena bangga atas keberhasilan Surabaya. Sebagian lagi membicarakan karena terasa ada yang janggal dengan piala itu.
Kelihatan janggal
Kejanggalan itu pertama kali diketahui dari piagam atau sertifikat yang dipegang Fikser saat kirab. Di piagam yang kini dipajang di Balaikota Surabaya itu tertulis jelas, kategori "For Personal Contribution to the Development of Europe Integration". Bukan kategori "Innovative City of the Future" sebagaimana disampaikan Risma.
Hal itu kemudian ditelusuri dengan membuka situs EBA. Hasilnya agak mengejutkan. Nama Risma maupun Kota Surabaya tak masuk daftar penerima Socrates Award. Hanya ada enam penerima dalam daftar itu, yaitu Juan Ckarlos Izaggirre (Wali Kota Donostia-San Sebastian, Spanyol), Aleksandar Bogdanovic (Wali Kota Old Royal Capital Cetinje, Montenegro), Akbulatov Edkham Shukrievich (Wali Kota Krasnoyarsk, Rusia) dan Victor Kondrashov (Wali Kota Irkutsk, Rusia).
Dua penerima lain adalah perusahaan: Yury Sviridov, doktor ilmu teknik (dari perusahaan gabungan Prometey, Rusia) dan Anatolii Nikolaevich Asaul (Direktur Institut Ekonomi Rusia).
Nama Risma baru muncul dalam daftar penerima United Europe Award. Ini adalah penghargaan untuk figur (kepala daerah) yang berhasil menghubungkan kotanya dengan dunia Eropa.
Menanggapi tidak adanya nama Risma dalam rilis resmi EBA ini, Kabag Kerja Sama Pemkot Surabaya Ifron Hady Susanto berkilah, situs milik EBA itu tidak update. "Saya juga kaget, Surabaya tidak tercantum. Tetapi ternyata situs itu tidak update kok," jawabnya saat ditemui, Selasa (5/5).
Ifron bersikeras menyatakan, penghargaan yang diterima Risma adalah Socrates Award. Selain situs EBA tidak update, kata Ifron, tidak adanya nama Risma dan Surabaya dalam laman tersebut karena mekanisme penentuan pemenang untuk Risma dan Surabaya berbeda dari enam nama pemenang yang diumumkan di laman EBA.
Menurutnya, enam nama pemenang yang ada di laman EBA itu didasarkan pemilihan secara online. Sementara itu, kemenangan Risma dilakukan melalui penjurian di depan para penelis dan undangan.
"Jadi ada dua. Melalui online dan penjurian. Tapi nanti ketemunya di acara debat itu," kata Ifron.
Dalam kontes itu, katanya, kontestan memaparkan pembangunan kotanya. Berdasarkan keterangan di laman EBA, ajang pemberian penghargaan diberi label Socrates Award Ceremony. Pada seremoni itulah akan digelar panel atau semacam seminar dengan menghadirkan stakeholder EBA. Risma diundang menjadi salah satu pembicara dalam panel itu.
Klaim kalahkan Montenegro
Dalam rilis Humas Pemkot sebelumnya, Risma menyebut, perwakilan dari Cetinje yang menjadi pesaingnya. Dia mengklaim berhasil mengungguli paparan dari perwakilan kota di negara Montenegro dan berhak memenangkan award untuk kategori "Innovatif City of The Future".
"Dia (Cetinje) kami kalahkan dalam presentasi. Kami presentasinya lengkap tentang parameter kota masa depan. Di antaranya kota harus nyaman ditinggali warga, kebijakan inovatif serta mendorong masyarakat untuk maju. Mungkin belum sempurna, tetapi akan terus ditingkatkan," kata Risma dalam rilis Humas Pemkot.
Saat disinggung soal piala dan sertifikat yang mendukung klaim itu, Ifron tidak bisa menunjukkannya. Memang tidak ada keterangan dari EBA yang menunjukkan Risma atau Surabaya mendapatkan award untuk kategori itu.
Sebaliknya malah, Wali Kota Citinje-lah yang masuk dalam daftar pemenang International Socrates Award.
Penjelasan soal website tidak diperbaharui pun bertabrakan dengan tampilan website EBA. Laman EBA, jelas sekali, memperlihatkan konten baru. Konten yang baru saja diunggah setelah seremoni penerimaan award berakhir.
Laman itu juga memampang foto-foto proses penerimaan penghargaan. Termasuk foto Risma saat menerima penghargaan United Europe Award.
Deretan foto memperlihatkan di antaranya ketika Risma menerima selempang merah jambu yang dipasangkan ke atas pundaknya oleh John Netting, CEO EBA. Warna mereh jambu menjadi tanda United Europe Award. Tanda lebih tegas lagi adalah pada medali yang melengkapinya. Bentuknya mirip tanda bintang kehormatan.
Medali ini dihiasi ukiran relief peta Eropa dengan lingkaran delapan bintang di tengahnya. Di pinggiran medali, tertulis The United Europe Award, nama penghargaan itu.
Ini jelas beda dengan penerima Socrates Award yang ditandai dengan selempang biru. Begitu pula dengan medali yang melengkapinya.
Foto lainnya memperlihatkan, setelah menerima pemakaian selempang, Wali Kota perempuan pertama di Surabaya ini menerima sertifikat the United Europe Award dan trofi.
Dua tanda penghargaan ini sama persis dengan penghargaan yang diarak keliling kota dua pekan lalu itu. Sayang upaya meminta klarifikasi ke EBA belum berhasil. Daftar pertanyaan yang dikirim melalui surel EBA hingga Selasa (6/5) kemarin, belum dibalas.