Vaksin COVID-19 Pfizer Tampaknya Juga Akan Diberikan kepada Anak SD

By Utomo Priyambodo, Rabu, 22 September 2021 | 19:28 WIB
Ilsutrasi vaksin COVID-19. (KHOU)

Nationalgeographic.co.id—Tak lama lagi anak-anak usia sekolah dasar (SD) di seluruh dunia tampaknya bisa mendapatkan vaksin COVID-19 juga seperti anak-anak usia SMP, SMA, dan orang dewasa. Sebab, studi terbaru menunjukkan bahwa dosis kecil vaksin mRNA COVID-19 Pfizer pada anak-anak usia 5 hingga 11 tahun tampaknya menghasilkan respons antibodi yang kuat yang sebanding dengan yang terlihat pada kelompok usia yang lebih tua.

Data dalam studi ini didapat dari hasil dari uji klinis Fase 2/3 yang dirilis oleh Pfizer dan mitranya BioNTech pekan ini.

Data percobaan itu melibatkan 2.268 anak-anak usia 5 sampai 11 tahun. Anak-anak ini diberi serangkaian dua dosis 10 mikrogram vaksin, dengan selang waktu 21 hari antara vaksin pertama dan kedua.

Jumlah dosis vaksin untuk anak-anak ini hanyalah sepertiga dari dosis 30 mikrogram yang diberikan kepada orang berusia 12 tahun ke atas.

Satu bulan setelah pemberian dosis kedua, para peneliti mengukur tingkat antibodi anak-anak tersebut. Antibodi mereka ternyata mampu menetralkan virus SARS-CoV-2 dalam percobaan laboratorium.

Titer rata-rata geometrik antibodi pada anak berusia 5 hingga 11 tahun adalah 1.197,6 (interval kepercayaan 95 persen dari 1,106,1 hingga 1,296,6), yang sebanding dengan titer rata-rata geometrik dari 1,146,5 yang terlihat pada orang berusia 16 hingga 25 tahun.

Pfizer menggambarkan vaksin tersebut dapat ditoleransi dengan baik pada anak-anak, dengan efek samping yang umumnya sebanding dengan apa yang terlihat pada orang-orang berusia 16 hingga 25 tahun. Namun perusahaan tersebut tidak memberikan data lebih lanjut tentang efek sampingnya.

Baca Juga: Penularan Covid-19 Melandai, Pemerintah Imbau Masyarakat Tetap Disiplin Prokes Sebelum Beraktivitas

Sindrom peradangan multisistem adalah salah satu komplikasi covid-19 pada anak yang merupakan temuan langka, tetapi serius dan dapat berakibat fatal. (Rawpixel.com)

Mereka juga tidak memberikan data lebih lanjut tentang kemanjuran vaksin, meskipun para ahli berharap bahwa tingkat antibodi penetral yang sebanding akan memberikan tingkat perlindungan yang sebanding terhadap infeksi, rawat inap, dan kematian.

Dalam pengumumannya, Pfizer mengatakan pihaknya berencana untuk menyerahkan data tersebut ke Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), Badan Obat Eropa, dan regulator lainnya sesegera mungkin dan "sebelum dimulainya musim dingin." William Gruber, wakil presiden senior penelitian dan pengembangan klinis vaksin Pfizer, mengatakan kepada Stat News bahwa perusahaannya bertujuan untuk menyerahkan data untuk otorisasi penggunaan darurat ke FDA pada akhir bulan ini.

Baca Juga: ASI dari Ibu yang Divaksin COVID-19 Mengandung Antibodi Baik bagi Bayi

Hasil pemindaian mikroskop elektron terhadap SARS-COV-2 penyebab COVID-19. (NIAID/FLICKR)

Setelah data diserahkan ke FDA, regulator akan membutuhkan beberapa minggu untuk meninjau data dan membuat keputusan. Mereka memberikan perkiraan paling awal untuk otorisasi dan ketersediaan vaksin ini untuk kelompok 5-ke-11 adalah pada akhir Oktober mendatang.

Timeline tersebut sebagian besar sejalan dengan apa yang dikatakan Pfizer dan pejabat AS sebelumnya. Pfizer juga memperkirakan akan siap untuk mengirimkan data vaksin untuk anak-anak bahkan yang lebih muda —usia 6 bulan hingga 5 tahun— sekitar sebulan kemudian, dalam jangka waktu awal November. Jika semuanya berjalan dengan baik, vaksin ini dapat diberikan untuk kelompok termuda itu sekitar awal Desember mendatang.

"Sejak Juli, kasus COVID-19 pada anak-anak telah meningkat sekitar 240 persen di AS. Hal ini menggarisbawahi kebutuhan kesehatan masyarakat akan vaksinasi,” ujar CEO Pfizer Albert Bourla dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir Ars Technica.

"Hasil uji coba ini memberikan landasan yang kuat untuk mencari otorisasi vaksin kami untuk anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun, dan kami berencana untuk menyerahkannya ke FDA dan regulator lainnya dengan segera."

Baca Juga: Tidak Setara, WHO Serukan Penundaan Dosis Vaksin Tambahan Negara Maju