Nationalgeopgraphic.co.id—Dalam upaya pencarian kehidupan di luar Bumi, sepertinya kita perlu memperluas wawasan kita dengan mempelajari beberapa wilayah ekstrem yang bisa kita temukan di Bumi. Wilayah tersebut salah satunya adalah beberapa tempat yang berada jauh di bawah tanah.
Sejak tahun 1997, NASA telah berhasil mendaratkan lima rover di Mars. Seperti yang sudah diketahui berdasarkan data dari kelima robot penjelajah Mars tersebut, menemukan bahwa tidak ada kehidupan satu pun yang bisa bertahan hidup di permukaan Mars yang tandus dan mematikan tersebut. Namun, beberapa ilmuwan menyarankan agar kita turut juga mempelajari apa yang ada di bawah permukaan Mars.
Sebab, bisa saja, kehidupan seperti mikroba dapat mempertahankan dirinya di bawah tanah, di tempat yang jauh dari paparan radiasi ataupun tempat yang mungkin saja mendukung kehidupan di bawah permukaan. Mikroba bisa mengubah dan menstabilkan unsur-unsur dari bentuk anorganiknya menjadi bentuk organik yang berguna untuk mentolerir kehidupan bawah tanah di Mars atau di tempat lain.
Kemampuan seperti ini biasa disebut sebagai lithoautotraphy, yang sangat berguna bagi mikroba untuk dapat bertahan hidup di dalam gua. Sebab, lingkungan gua seringnya mengalami kekurangan nutrisi karena tidak mendapatkan sinar matahari dengan baik, serta kekurangan bahan organik lainnya.
Studi baru yang telah diterbitkan dalam Journal of Geophysical Research: Biogeosciences pada 27 Juni 2021 berjudul Stable Carbon Isotope Depletions in Lipid Biomarkers Suggest Subsurface Carbon Fixation in Lava Caves, menjelaskan bahwa untuk mengetahui apakah kehidupan di luar bumi dapat bertahan di bawah tanah, maka para ilmuwan melakukan penjelajahan siklus karbon yang ada dalam gua-gua lava di Monumen Nasional Lava Beds di California.
“Tabung lava adalah gua yang diukir oleh aliran lava yang akhirnya dikeringkan, meninggalkan kekosongan di bawah permukaan," kata Dr. Riccardo Pozzobon dari Departemen Geosains di Universitas Padova, seperti yang dilansir oleh Howstuffworks. Pozzobon telah berada di garis depan penelitian Eropa tentang tabung lava.
Baca Juga: Turis Amerika Dikritik Karena Berswafoto di Tepian Lava Pijar Islandia
Ketika lava mengalir dari letusan gunung berapi, mengakibatkan bagian kulit terluarnya menjadi kaku kemudian beberapa saat akan membeku saat magma mengalir kembali ke dalam. Saat itulah bekas aliran magma itu akan menciptakan sebuah tabung berongga. Dikarenakan tabung lava ini terbentuk melalui proses vulkanisme, maka mereka dianggap ada di tempat lain di tata surya selain di Bumi.
“Meskipun ada berbagai jenis formasi tabung lava, gua-gua ini sering terbentuk dari jenis cairan lava basaltik, yang mengalir menuruni lereng seperti sisi gunung berapi. Saat bagian terluar dari aliran lava panas bersentuhan dengan udara dingin, ia mendingin dengan cepat, membentuk kerak yang mengeras.” jelas Dr. Richard Léveillé, seorang profesor di Departemen Ilmu Bumi dan Planet Universitas McGill dan anggota Institut Luar Angkasa McGill yang melakukan riset lain pada tabung lava.
"Dan jenis lava seperti ini yang kita tahu telah meletus di bulan dan di Mars. Jadi... kami berharap menemukan tabung lava juga di bulan dan Mars," sambung Léveillé.
Dalam studi terbaru ini, para peneliti menemukan bahwa asam lemak yang dihasilkan oleh Actinobacteria dalam biofilm mengandung tanda isotop yang tidak dapat berasal dari sumber luar. Dengan kata lain, bakteri memfiksasi karbon in-situ. Sebaliknya, bakteri dari fitur gua lainnya, seperti speleothems, mengasimilasi karbon organik yang berasal dari permukaan.
Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa bakteri yang ada di ekosistem gua basaltik mampu memperbaiki karbon mereka. Ini menunjukkan bahwa mikroba dapat bertahan hidup secara independen dari lingkungan permukaan.
Temuan ini tentu saja menantang paradigma di mana semua mikrobiota gua hidupnya tergantung dari input permukaan. Kenyataannya tidak. Hal ini juga memiliki implikasi yang signifikan dan positif bagi upaya pencarian kehidupan di luar bumi.
Baca Juga: Pernah Jadi Lautan Magma, Peneliti Ungkap Reaksi Sulfur Bulan
"Ini berarti bahwa bahkan di lingkungan yang sangat terhubung dengan baik di bawah permukaan yang dangkal, kami masih memiliki bukti kehidupan yang sangat independen dari kehidupan permukaan dan berkembang," kata Matthew Selensky, seorang ahli geobiologi dan penulis utama studi ini dari Northwestern University di Evanston, Illinois.
Selensky juga melakukan penelitian dengan penasihatnya Magdalena Osburn dan rekan-rekan mereka. Studi ini merupakan bagian dari Proyek BRAILLE NASA, yang bekerja untuk mempelajari kehidupan di gua-gua vulkanik sebagai analog untuk kemungkinan kehidupan di Mars.
Baca Juga: Berasal Dari Tempat yang Sama, Apakah Magma dan Lava Berbeda?