Kisah Julius Caesar Muda yang Ternyata Pernah Diculik oleh Bajak Laut

By Utomo Priyambodo, Jumat, 24 September 2021 | 11:00 WIB
Salah satu cerita paling menarik tentang bajak laut di Mediterania adalah saat diculiknya calon Diktator Republik Romawi, Julius Caesar. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Laut Mediterania pernah menjadi sarang bajak laut selama berabad-abad. Pada akhir abad ke-2 Sebelum Masehi, pembajakan di sana menjadi lebih merajalela, lebih berbahaya, dan mulai mengacaukan perairan tersebut, terutama di bagian timurnya. Fenomena ini berlanjut hingga abad ke-1 Sebelum Masehi, sebelum Pompey sang Jenderal Romawi mengakhirinya.

Salah satu cerita paling menarik tentang bajak laut di Mediterania adalah saat diculiknya calon Diktator Republik Romawi, Julius Caesar. Kelompok bajak laut itu dikenal secara khusus sebagai bajak laut Kilikia.

Pada akhir abad ke-2 Sebelum Masehi, tidak ada kekuatan angkatan laut yang signifikan di Mediterania. Kartago telah jatuh ke tangan Romawi pada tahun 246 Sebelum Masehi, sedangkan Kekaisaran Seleukia Helenistik dan Kerajaan Ptolemeus mengalami kemunduran.

Meskipun Romawi adalah kekuatan dominan di Mediterania pada saat itu, mereka tidak memiliki angkatan laut yang kuat. Selain itu, perang antara Romawi dan Kekaisaran Seleukia selama awal abad ke-2 Sebelum Masehi menabur kekacauan lebih lanjut di Mediterania timur.

Kurangnya kekuatan angkatan laut di Mediterania bukan satu-satunya faktor yang memperburuk masalah pembajakan di laut perairan tersebut. Berkembangnya pembajakan selama periode itu juga karena fakta bahwa Romawi mengandalkan mereka untuk pengadaan budak.

Para perompak sering mengincar kapal dagang lambat, terutama kapal gandum yang mengangkut gandum dari Mesir ke Italia. Ketika kapal-kapal tersebut ditangkap, para kru mereka biasanya akan dibawa ke Pulau Delos di Yunani, yang merupakan pusat perdagangan budak internasional pada saat itu. Budak-budak yang dijual ke para elite Romawi biasanya akhirnya bekerja di perkebunan mereka di Italia.

Baca Juga: Julius Caesar, Juara Taktik Perang Pengepungan

Ilustrasi bajak laut. (KrivosheevV/Getty Images/iStockphoto)

Para perompak di Mediterania awalnya memiliki benteng di Kreta (di Mediterania timur) dan di Kepulauan Balearic (di Mediterania barat). Kemudian, mereka menjadikan Kilikia barat sebagai basis operasi mereka, sehingga mereka dijuluki sebagai "bajak laut Kilikia".

Seperti disebutkan sebelumnya, para perompak biasanya akan menangkap para awak kapal dan menjualnya sebagai budak. Namun para tawanan kaya, bagaimanapun, tidak mengalami nasib seperti itu. Mereka tidak dijual sebagai budak, tapi ditahan sebagai sandera untuk dimintai uang tebusan sebagai syarat kepulangan mereka hidup-hidup.

Salah satu sandera bajak laut Kilikia yang paling terkenal adalah Julius Caesar. Pada 75 Sebelum Masehi, Diktator Romawi masa depan yang masih berusia 25 tahun pada waktu itu ditangkap oleh bajak laut Kilikia saat dalam perjalanan ke Rhodes untuk belajar pidato.

Baca Juga: Penemuan Kalung Budak Romawi 'Pegang Aku Atau Aku Akan Lari!'

Para perompak menuntut tebusan 20 talent (mata uang Romawi) yang membuat Caesar tertawa, sebagaimana dikutip dari Ancient Origins. Caesar mengatakan bahwa mereka tidak tahu siapa dia dan menawarkan untuk meminta uang tebusan sebanyak 50 talent.

Caesar mempertahankan perilakunya yang tidak seperti tawanan selama 38 hari para perompak menahannya. Misalnya, ketika ingin tidur, Caesar akan menyuruh para perompak berhenti berbicara dan menegur mereka jika mereka gagal menghargai puisi dan pidato yang dia tulis.

Caesar bahkan mengancam, sambil tertawa, akan menggantung mereka. Para perompak menoleransi, bahkan senang, karena keberanian Caesar terkesan lucu dan kanak-kanak.

Akhirnya, uang tebusan tiba, dan Caesar dibebaskan di Miletus. Segera setelah itu, Caesar mengambil alih komando beberapa kapal dan berlayar dari pelabuhan untuk melawan bajak laut itu.

Ketika Caesar menemukan para bajak laut itu, dia menangkap mereka dan memasukkannya ke dalam penjara di Pergamon. Caesar mengizinkan Marcus Junius, gubernur Asia, untuk menghukum sendiri para perompak itu karena mereka berada di bawah yurisdiksinya.

Baca Juga: Penggalian Kawasan Tempur Julius Caesar di Belanda

Impresi seniman modern tentang sosok Gaius Julius Caesar bila hidup di zaman kiwari. Caesar adalah seorang jenderal dan negarawan Romawi. Sebagai anggota dari Triumvirat Pertama, Caesar memimpin pasukan Romawi dalam Perang Galia sebelum mengalahkan Pompey dalam perang saudara dan memerintah Republik Romawi sebagai diktator dari 49 SM hingga pembunuhannya pada 44 SM. (Historical Eve)

Sang gubernur ragu-ragu dan Caesar akhrinya mengambil tindakan sendiri. Dia menyuruh para perompak dikeluarkan dari penjara dan disalibkan.

Tidak lama setelah penculikan Caesar, Romawi mengirim banyak ekspedisi melawan bajak laut. Publius Servilius Vatia, misalnya, dikirim untuk melawan para perompak di Kilikia. Selain itu, bajak laut Kreta diserang oleh Quintus Caecilius dan pulau itu menjadi provinsi Romawi pada 67 Sebelum Masehi.

Akhir dari perompak Kilikia terjadi tidak lama setelah jatuhnya Kreta. Saat kelompok bajak laut itu mengancam pasokan makanan Romawi, Jenderal Pompey diberikan kekuatan luar biasa untuk melawan mereka.

Karena para perompak telah dikalahkan oleh Vatia beberapa tahun yang lalu, Pompey tidak memiliki tugas yang terlalu sulit untuk diselesaikan dan dengan cepat mengalahkan mereka. Tidak seperti Caesar, bagaimanapun, Pompey memperlakukan bajak laut yang kalah dengan sangat berbeda.

Alih-alih membunuh mereka, dia memutuskan untuk menempatkan mereka di pedalaman, sehingga mereka dapat mengabdi pada untuk Romawi sebagai petani. Dengan demikian, bajak laut Kilikia tidak lagi menjadi masalah bagi kekuasaan Romawi.

Baca Juga: Koin-Koin Arab Kuno Ungkap Aksi Keji Perompak Kapal Rombongan Haji