Tiongkok Akan Berhenti Membangun PLTU Batu Bara di Luar Negeri

By Utomo Priyambodo, Jumat, 24 September 2021 | 13:00 WIB
Pembangkit listrik tenaga batu bara merupakan salah satu industri penghasil karbon dioksida terbesar. (Kodda/Thinkstock)

Sebagaimana namanya, proyek-proyek ini tentunya melibatkan sumber energi kotor yang tidak terbarukan, yakni batu bara. Dengan demikian, besarnya jumlah pembangkit listrik tenaga batu bara seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang dijadwalkan oleh Tiongkok untuk dibangun di negara-negara berkembang pun menimbulkan pertanyaan yang sah tentang prospek memenuhi target emisi karbon global.

Tiongkok telah berkomitmen untuk mencapai puncak emisinya pada akhir dekade ini dan mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Namun hingga saat ini, bank-bank pembangunan Tiongkok terus mendanai proyek-proyek pembangunan pembangkit listrik bertenaga batu bara, dan perusahaan-perusahaan mereka juga sering terlibat dalam pekerjaan konstruksinya.

Namun, dalam rekaman pidato yang diputar di PBB pekan ini, Xi mengindikasikan bahwa semua pembangunan PLTU batu bara itu yang melibatkan Tiongkok akan dihentikan.

"China akan meningkatkan dukungan untuk negara-negara berkembang lainnya dalam mengembangkan energi hijau dan rendah karbon dan tidak akan membangun proyek pembangkit listrik tenaga batu bara baru di luar negeri," ujar Xi Jinping sebagaimana dikutip dari Ars Technica.

Baca Juga: Kawasan Pakan Pesut Mahakam Hancur Akibat Aktivitas Batu Bara

Pengangkutan batu bara di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. (Zika Zakiya)

Itu adalah keseluruhan kata-kata Xi Jinping tentang topik penghentian pembangunan PLTU batu bara. Bagaimanapun, pernyataan Xi Jinping itu masih meninggalkan banyak detail pertanyaan mengenai waktu dan tingkat penghentian tersebut. Salah satu pertanyaan yang paling kritis adalah seberapa jauh proyek-proyek yang sudah berjalan bisa mendapatkan izin untuk terus dilanjutkan.

Bagaimanapun, langkah Xi Jinping ini sebenarnya masuk akal bagi semua orang yang terlibat termasuk orang-orang dari Tiongkok sendiri. Tenaga terbarukan sekarang menjadi pilihan termurah hampir di semua tempat di planet ini, dan Tiongkok pun memproduksi banyak perangkat keras yang dibutuhkan untuk pembakit listri tenaga surya dan angin.

Keputusan rencana penghentian pembangunan PLTU batu bara oleh Tiongkok ini juga mengikuti keputusan serupa oleh Jepang dan Korea Selatan sebelumnya. Jika digabungkan, keputusan ini kemungkinan akan membatasi jumlah pembangkit listrik batu bara yang dibangun.

Secara signifikan, kebijakan ini pastinya juga akan membatasi pasar ekspor batu bara internasional di masa depan. Hal ini tentunya akan mempengaruhi industri pertambangan di Indonesia yang selama ini masih banyak menambang komoditas batu bara untuk diekspor ke luar negeri, termasuk ke ketiga negara tersebut.

Baca Juga: Jokowi Keluarkan Limbah Batu Bara dan Sawit dari Kategori Berbahaya