Nationalgeographic.co.id—"Jejak kaki itu kemungkinan besar dibuat di tanah lunak di tepi lahan basah, angin mungkin meniupkan debu ke permukaan, menyebabkan endapan lumpur," kata Bennett kepada CNN. Dia merupakan seorang ahli geologi dan jejak kaki di Bournemouth University di Inggris. Menurutnya, pemburu-pengumpul akan bepergian lebih dari 10.000 langkah sehari, yang berarti setidaknya beberapa jejak kaki akan bertahan dalam catatan fosil.
"Ini adalah situs pertama yang tegas dan titik data yang baik yang menyatakan manusia tiba di barat daya Amerika sekitar periode maksimum glasial terakhir," kata Bennett.
Pada 2018, Bennett bersama Daniel Odess, seorang arkeolog di National Park Service, dan David Bustos, manajer sumber daya di White Sands, melaporkan temuan jejak-jejak manusia dan fauna di situs ini. Dalam kondisi kelembaban tertentu, menurut mereka, jejak kaki manusia purba dan jejak megafauna yang sudah punah—seperti kungkang tanah dan mamut—akan muncul di sekitar tepi dasar danau yang sekarang kering.
Akan tetapi, tapi tidak ada yang tahu persis berapa usia jejak ini. Beberapa peneliti menduga bahwa setidaknya beberapa pasang jejak megafauna itu hanya merupakan sisa jejak yang lebih tua yang terpapar kembali oleh angin, lalu diinjak oleh manusia di kemudian hari.
Analisis dimensi jejak kaki menunjukkan bahwa jejak itu dibuat oleh anak-anak berusia antara 9 sampai 14 tahun—sebuah pola yang terlihat di situs jejak kaki fosil lainnya. Jejak mammoth, sloth tanah raksasa, serigala mengerikan, dan burung juga ada di situs ini.
Sejauh ini kita menganggap bahwa manusia tiba di Amerika Utara dari Asia melalui Beringia, sebuah jembatan darat yang pernah menghubungkan dua benua. Kejadiannya sekitar akhir Zaman Es atau 13.000 hingga 16.000 tahun yang lalu.
Akan tetapi, penemuan ini menimbulkan beberapa perdebatan, sebab fossil ini menunjukkan bahwa manusia mungkin telah berada di Amerika Utara lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Saat ini, para peneliti yang mempelajari fosil jejak kaki manusia di New Mexico mengatakan mereka memiliki bukti tegas bahwa manusia pertama kali menginjakan kakinya di Amerika Utara setidaknya 23.000 tahun yang lalu.
Penanggalan radiokarbon itu didapat dari benih yang tertanam di jejak kaki, demikian seperti yang dilansir The Scientist. Hasil itu sekaligus mengonfirmasi bahwa manusia memasuki Amerika ribuan tahun lebih awal dari perkiraan yang diterima.
Baca Juga: Inilah Jejak Tangan dan Kaki Hominin Pleistosen Tengah Asal Tibet
"Nenek moyang penduduk Amerika adalah salah satu dari golongan manusia yang selama bertahun-tahun sangat diperdebatkan dan banyak arkeolog memiliki pandangan dengan sangat mantap, "kata Matthew Bennett, seorang profesor dan spesialis jejak kaki kuno di Bournemouth University. Dia juga sebagai penulis studi pada temuan baru yang diterbitkan dalam jurnal Science. "Salah satu masalah adalah hanya ada sedikit data yang dimiliki," dia menambahkan.
Bennett dan rekan-rekannya mampu secara akurat menentukan tanggal 61 jejak kaki dengan penanggalan radiokarbon lapisan benih tanaman air yang telah diawetkan di atas dan di bawahnya. Jejak yang ditemukan di Cekungan Tularosa di White Sands National Park, telah ada 21.000 hingga 23.000 tahun yang lalu, para peneliti menemukan.
Waktu dan lokasi jejak kaki di barat daya Amerika Utara menunjukkan bahwa manusia pasti berada di benua itu jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, kata Bennett. Orang-orang yang membuat jejak kaki—kebanyakan remaja dan anak-anak—tinggal di New Mexico pada puncak Zaman Es akhir.
Baca Juga: Lebih Dari Setengah Abad Penemuan, Jejak Kaki di Atap Gua Terungkap
Antara 19.000 dan 26.000 tahun yang lalu, periode yang dikenal sebagai Maksimum Gletser Terakhir, dua lapisan es besar menutupi sepertiga utara benua dan mencapai selatan sejauh New York City, Cincinnati dan Des Moines, Iowa. Suhu es dan dingin akan membuat perjalanan antara Asia dan Alaska tidak mungkin selama waktu itu, yang berarti orang-orang yang membuat jejak kaki kemungkinan besar tiba lebih awal.
"Satu hipotesis untuk penemuan ini adalah bahwa mereka memiliki sistem pembagian kerja, di mana orang dewasa terlibat dalam tugas-tugas terampil sedangkan mengumpulkan dan membawa ditugaskan kepada para remaja," studi tersebut mencatat. "Anak-anak menemani para remaja, dan secara kolektif mereka meninggalkan lebih banyak jejak kaki yang biasanya tercatat dalam catatan fosil," demikian ungkap Bennet kepada CNN.
Sementara Odess mengungkapkan kepada The Scientist, “Ketika saya masih kecil, saya suka berjalan di lumpur... Kita mungkin melihat sesuatu seperti itu.” Kemudian dia menambahkan, “Kami tahu ada banyak perilaku yang dilakukan manusia yang tidak selalu terkait dengan pekerjaan, dan apakah orang di luar sana berjalan di sepanjang tepi danau untuk bersenang-senang atau karena orang tua mereka berkata, 'ambillah air', lalu mereka meninggalkan jejak, dan itulah yang kita lihat.”
Baca Juga: 100 Jejak Kaki Dinosaurus dari Beragam Spesies Ditemukan Setelah Badai Melanda