Cincin Einstein, Fenomena Luar Angkasa dan Pemahaman Baru Tentangnya

By Wawan Setiawan, Sabtu, 25 September 2021 | 17:00 WIB
Galaksi sempit yang melengkung dengan anggun di sekitar teman bulatnya dalam gambar ini adalah contoh fantastis dari fenomena yang benar-benar aneh dan sangat langka. Gambar ini, diambil dengan Teleskop Luar Angkasa Hubble NASA/ESA, menggambarkan GAL-CLUS-022058, yang terletak di konstelasi belahan bumi selatan Fornax (The Furnace). (ESA/Hubble & NASA, S. Jha)

Tim astronom dari Eropa kini telah menggunakan kumpulan data multi-panjang gelombang, yang mencakup masukan dari Teleskop Luar Angkasa Hubble NASA/ESA untuk mempelajari cincin Einstein ini secara mendetail. Data arsip dari instrumen FORS Very Large Telescope (VLT) Observatorium Selatan Eropa menentukan nilai pergeseran merah dari galaksi berlensa. Sementara hasil penelitian ini sendiri sudah diterbitkan dalam Research Paper pada 23 September 2021 yang diberi judul The Einstein ring GAL-CLUS-022058s: a Lensed Ultrabright Submillimeter Galaxy at z=1.4796.

Dalam studi tersebut, tim berusaha menghitung faktor amplifikasi, yang merupakan efek berharga dari pelensaan gravitasi. Faktor ini akan memungkinkan tim untuk mempelajari sifat fisik intrinsik dari galaksi lensa.

Nikolaus Sulzenauer, mahasiswa PhD Max Plank Institute for Radio Astronomy di Jerman, menjelaskan, “Deteksi gas molekuler, tempat lahirnya bintang-bintang baru, memungkinkan kami menghitung pergeseran merah yang tepat dan dengan demikian memberi kami keyakinan bahwa kami benar-benar melihat galaksi yang sangat jauh.”

Baca Juga: Teleskop Hubble Menemukan Enam Galaksi yang Mati Secara Misterius

Pembentukan cincin Einstein ketika cahaya dari bintang 'sumber' yang jauh dibelokkan oleh medan gravitasi bintang 'lensa' yang lebih dekat tetapi kolinear. Pelensaan serupa disebabkan oleh satu-satunya planet di ruang antarbintang, tetapi mereka menghasilkan cincin Einstein yang lebih kecil karena mereka kurang masif. (Philip Charles Yock/ResearchGate)

Dalam studi ini yang paling menarik adalah penentuan jarak galaksi, di mana cahaya galaksi tersebut telah menempuh jarak sekitar 9,4 miliar tahun cahaya.

“Penelitian kami juga menunjukkan bahwa itu adalah galaksi pembentuk bintang normal (yang disebut galaksi deret utama) pada zaman puncak pembentukan bintang di alam semesta.” kata Helmut Dannerbauer.

“Kita dapat dengan jelas melihat lengan spiral dan tonjolan pusat galaksi dalam gambar Hubble. Ini akan membantu kita untuk lebih memahami pembentukan bintang di galaksi jauh menggunakan pengamatan yang direncanakan,” tambah anggota tim, Susana Iglesias-Groth dari Institut Astrofisika Kepulauan Canary di Spanyol.

Baca Juga: Einstein dan Politik: Mendukung Hak Yahudi hingga Menolak Israel