Cuplikan Potret Ancaman Alam Indonesia di Hari Lingkungan Hidup

By , Jumat, 6 Juni 2014 | 15:29 WIB
()

Raise your voice, not the sea level.

Itu merupakan tema Hari Lingkungan Hidup Dunia 2014.

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang memiliki kerentanan tinggi menerima dampak perubahan iklim. Bagaimana kondisi ekosistem pesisir di Indonesia? Kritis.

Menurut Achmad Poernomo, staf ahli Menteri Kelautan dan Perikanan ekosistem pesisir negeri ini mengalami banyak kerusakan, seperti mangrove, dan terumbu karang, salah satu penyebab pengelolaan sumber daya tak lestari. Padahal, Indonesia memiliki keragaman laut begitu kaya. "Kekayaan mangrove, terumbu karang, jenis ikan sampai ratusan jenis rumput laut ada di pesisir Indonesia."

Ekosistem pesisir ini harus terjaga, demi keberlanjutan kekayaan alam yang beragam itu. Sayangnya, kata Achmad, peran penting ekosistem pesisir ini seakan terabaikan.

Kerusakan ekosistem pesisir Indonesia, kini makin parah dampak eksploitasi sumber daya alam tak lestari berkedok pembangunan ekonomi, seperti tambang maupun aktivitas lain.

Dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup (HLH), Kamis (5/6) lalu, berbagai elemen masyarakat mengingatkan, betapa kehancuran ekosistem pesisir negeri ini sangat memprihatinkan.

Inilah cuplikan potret kerusakan alam di seluruh penjuru Indonesia.

Di Manado, Sulawesi Utara, misalnya, para aktivis lingkungan menyuarakan penolakan pada perusahaan tambang di Pulau Bangka, Minahasa Utara. Mangrove di sebagian tepian pantai pulau itu sudah dibabat, dan laut pun ditimbun demi kepentingan fasilitas perusahaan tambang. Aktivitas ini otomatis berdampak pada ekosistem mangrove dan terumbu karang sekitar yang sudah dikenal para turis dengan keindahan alam bawah lautnya.

Warga yang tak terima dengan pengrusakan ini, berhadapan dengan perusahaan tambang. Mereka mengajukan gugatan ke pengadilan dan menang sampai Mahkamah Agung. Namun, semua upaya mereka seakan tak digubris pemerintah.

Pulau Bangka, hanya salah satu potret keterancaman ekosistem perisir. Di Sulawesi Selatan atau di Sumatera Utara, sebagian besar mangrove rusak karena alih fungsi menjadi tambak, bahkan kebun sawit.

Juga di Kepulauan Aru, terancam menjadi perkebunan. Baru saja lepas dari cengkeraman perusahaan yang bakal membuka kebun tebu, kini muncul kabar kebun sawit akan bercokol.

Peta Indikatif yang menunjukkan rencana perkebunan tebu di Kep. Aru (Foto: FWI)