Rempah Timor: Dari Kronik Cina Sampai Kedatangan Penjelajahan Eropa

By Agni Malagina, Senin, 16 Oktober 2017 | 10:00 WIB
Mia Annisa (model) mengenakan kain tenun Timor wilayah Kabupaten Belu dan perhiasan dari koin kuna. Koin-koin kuna Spanyol dan Belanda banyak digunakan sebagai aksesoris di kalangan keluarga pemangku adat di Timor. (Feri Latief)

Nationalgeographic.co.id—“Tuhan telah menciptakan Timor sebagai surga cendana, Maluku sebagai surganya cengkeh dan Banda sebagai surganya pala," demikian menurut catatan Tomé Pires yang menirukan kelakar yang kerap diucapkan para pedagang Malaka. Dia melakukan perjalanan dengan kapal Portugis di Nusantara pada 1512-1515.

Pulau Timor pada abad ke-16 terkenal sebagai satu-satunya sumber cendana terbaik di dunia. Bahkan berabad-abad sebelum itu, pedagang Cina dari Makau dan Hong Kong telah merambah Timor melalui jalur rahasia. Tak heran, Timor dikenal dengan nama Nusa Cendana. Seperti cengkeh di Maluku dan pala di Pulau Banda, cendana Pulau Timor dihargai sangat mahal dan menjadi komoditas spesial pada masa awal globalisasi dunia.Cendana (Santalum album) merupakan tanaman yang tumbuh di daerah Sunda Besar dan Sunda Kecil (saat ini adalah wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Sumba, Timor). Kata cendana berasal dari bahasa Sanskerta: "candana". Pedagang Cina menyebutnya dengan "chan-tan". Namun, cendana putih yang dimiliki oleh Timor diduga merupakan tanaman asli wilayah Timor. Inilah yang menyebabkan cendana Pulau Timor menjadi komuditas termahal pada abad ke-14.

Cendana digunakan oleh penduduk India dan Cina dalam skala besar, sebagai bagian dari kegiatan religius, wewangian ruangan, terapi aroma, minyak cendana digunakan untuk terapi pengobatan, kosmetik, peralatan rumah tangga seperti furnitur, dan juga peti mati.

Baca Juga: Koin Kuno Spanyol dan Kisah Rempah Wangi Cendana di Pulau Timor

Di Sulilarang, Distrik Maliana, Timor Leste warga mengeruk tanah kering untuk diolah menjadi garam. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)