Setiap galaksi diperkirakan memiliki lubang hitam supermasif di pusatnya, tetapi tidak semuanya aktif. Lubang hitam supermasif galaksi kita, misalnya, cukup sepi.
Menurut Kimura dan timnya, kelebihan sinar gamma dalam kisaran energi yang lebih rendah –megaelektronvolt alih-alih gigaelektronvolt atau teraelektronvolt– dapat dihasilkan oleh lubang hitam supermasif yang bertambah pada tingkat yang sangat rendah sehingga jauh lebih redup bagi teleskop kita di bumi.
Sebagaimana dilansir Science Alert, tim peneliti telah melakukan perhitungan dan menemukan cara kerjanya. Meskipun ada lebih sedikit materi yang berputar di sekitar lubang hitam non-aktif ini, masih ada beberapa, dan masih memanas.
Faktanya, plasma panas ini bisa mencapai miliaran derajat Celsius. Ini cukup panas untuk menghasilkan radiasi gamma dalam kisaran megaelektronvolt, atau yang kita sebut sinar gamma 'lunak'.
Baca Juga: Teori Stephen Hawking soal Lubang Hitam Akhirnya Terbukti Benar
Dalam plasma ini, proton dapat dipercepat hingga kecepatan tinggi. Ketika proton berenergi tinggi ini berinteraksi dengan radiasi dan materi, mereka dapat menghasilkan neutrino –dengan demikian juga menjelaskan kelebihan neutrino. Dan ada cukup banyak lubang hitam supermasif yang tenang di Alam Semesta ini untuk menjelaskan setidaknya sebagian besar dari kelebihan sinyal ini.
Sejauh ini, teori tersebut baru merupakan hipotesis, tetapi matematikanya terbukti. Berbekal informasi ini, para astronom harus memiliki gagasan yang lebih baik tentang apa yang harus dicari dalam pengamatan di masa depan –dan misteri sinar gamma yang tidak dapat dijelaskan itu akan semakin dekat untuk dipecahkan.
Laporan mengenai perhitungan matematika dari teori penjelasan misteri sinar gamma dan neutrino ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications pada 23 September 2021.
Baca Juga: Para Astronom Temukan Lubang Hitam Terdekat dari Bumi, Seperti Apa?