Nationalgeographic.co.id—Setelah 80 tahun tak pernah terlihat lagi keberadaannya, entah masih hidup atau sudah punah, saki berwajah botak dan bergaya rambut 'mop' akhirnya kembali ditemukan. Gaya rambut mop pernah dipopulerkan oleh The Beatles pada awal 1960-an.
Laura Marsh, direktur Global Conservation Institute sekaligus salah satu pakar terkemuka dunia tentang monyet saki, adalah peneliti yang menemukannya kembali pada 2017.
Saki berwajah botak ini memiliki nama ilmiah adalah Pithecia vanzolinii. Nama yang diberikan untuknya didedikasikan bagi ahli zoologi Brasil Paulo Vanzolini. Sebelum ditemukan kembali oleh Marsh, monyet itu tidak pernah terlihat hidup selama 80 tahun.
Untuk menemukan hewan misterius itu, Marsh dan tim ilmuwan, fotografer, konservasionis, dan pemandu lokal melakukan ekspedisi selama empat bulan ke bagian barat hutan Amazon yang belum banyak dijelajahi. Mereka berlayar di rumah perahu kecil berlantai dua dan menuju ke Sungai Eiru, dekat perbatasan Peru dan Brasil.
Tim bermaksud untuk mendokumentasikan dan menjelajahi lanskap keanekaragaman hayati di pedalaman hutan Amazon tersebut. Namun satu misi tetap berada di garis depan, yakni menemukan saki Vanzolini si monyet yang hilang.
Ketika Laura Marsh pertama kali melihat monyet itu setelah bertahun-tahun menunggu, dia menangis.
"Itu fantastis," katanya dalam sebuah wawancara telepon dengan National Geographic. "Saya gemetar dan sangat bersemangat sehingga saya hampir tidak bisa mengambil gambar."
Marsh telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti struktur taksonomi monyet saki kelompok Pithecia. Namun sampai sekarang, dia tidak memiliki bukti fotografis tentang monyet tersebut, yang menurutnya dapat dibedakan dari spesies lain melalui penampilan fisiknya yang unik.
Baca Juga: Melihat Harimau Berkantung Terakhir Sebelum Dinyatakan Punah
Kisah penemuan pertama saki Vanzolini adalah dari tahun 1936 ketika naturalis Ekuador Alfonso Ollala melakukan ekspedisi melalui daerah tersebut. Hewan misterius Amazon itu terlihat lagi pada 1956 selama adanya ekspedisi serupa.
Wilayah tempat hidup saki itu sendiri masihnsedikit dipelajari. Karena jauh di dalam Amazon, upaya untuk menyurvei hewan di sana jelas jadi sulit dan mahal.
Tim ekspedisi menyebut diri mereka sebagai tim Houseboat Amazon. Mereka berhasil menemukan kembali Pithecia vanzolinii ini dengan bekerja secara ekstensif dengan penduduk setempat untuk menavigasi dan menemukan monyet tersebut. Wartawan Christina Selby menemani tim selama ekspedisi menyusuri sungai dan menulis tentang cerita perjalanan itu untuk publikasi lingkungan bioGraphic dan Mongabay.
Pada hari keempat, tulisnya, perahu itu berhenti dengan tenang di sepanjang sungai dan melihat monyet yang mudah dikenali berlari di antara pepohonan.
Monyet saki Vanzolini tidak memiliki ekor yang dapat menggenggap yang memungkinkan mereka untuk dengan mudah berayun melalui pepohonan. Marsh menggambarkan saki itu lebih tampak seperti kucing, berjalan di keempat cabang tipis.
Tim peneliti menemukan bahwa saki Vanzolini hidup di sepanjang daerah aliran sungai tersebut. Marsh akan memberi keterangan kepada International Union for the Conservation of Nature (IUCN) tentang bagaimana mereka harus memberi label status terhadap populasi monyet tersebut.
Pada saat itu Marsh mengatakan dia kemungkinan akan merekomendasikan saki Vanzolini untuk diklasifikasikan sebagai hewan yang terancam punah. Namun status itu semua tergantung pada seberapa cepat perburuan berlanjut di wilayah hidup mereka.
Baca Juga: Setelah 3.000 Tahun, Tasmanian Devil Lahir Lagi di Daratan Australia
Catatan Marsh tentang wilayah ini sejalan dengan fakta yang tak terbantahkan bahwa proyek pembangunan di Amazon tumbuh dengan cepat. Proyek pembangunan dan upaya repopulasi untuk mengurangi tekanan pada kota telah menghasilkan pertumbuhan populasi manusia besar-besaran.
Data dari sensus terakhir Brasil pada tahun 2010 menemukan bahwa jumlah penduduk 10 kota Amazon telah berlipat ganda selama 10 tahun terakhir. Meskipun negara ini telah menerapkan langkah-langkah untuk mengekang penebangan hutan, penegakan hukum bisa menjadi tantangan.
Hutan hujan Amazon mengandung 10 persen keanekaragaman hayati yang dikenal di dunia. Fakta ini menjadikan wilayah hutan tersebut mendapat perhatian tertinggi oleh kalangan para konservasionis untuk memastikannya menjadi kawasan yang benar-benar dilindungi.