Tambah Usia, Jakarta Tak Juga Bijaksana

By , Sabtu, 21 Juni 2014 | 11:20 WIB
()

 Pelayanan transportasi yang tidak bisa diandalkan memaksa banyak orang mengalokasikan waktu beberapa jam hanya untuk perjalanan rumah ke kantor pulang pergi. 

"Saya berangkat dari rumah jam 05:00 WIB dan baru sampai rumah lagi sekitar jam 20:00 WIB," kata Saraswaty seorang pegawai di Menteng, Jakarta Pusat yang menetap di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.  Akibatnya ia merasa kekurangan waktu bersama keluarga. 

"Istilahnya baru ketemu anak Sabtu-Minggu dan itu masih ditambah dilema antara ingin tidur seharian atau menebus waktu dengan anak," tambahnya. 

Hilangnya waktu dengan keluarga menurut pengamat kebijakan publik, Yayat Supriyatna, adalah satu indikasi menurunnya kualitas hidup. 

"Yang menjadi persoalan dasar Jakarta adalah kualitas hidup, khususnya kualitas dalam membangun sistem kehidupan sosial baik dalam rumah tangga mau pun masyarakat kaena warga Jakarta banyak kehilangan momentum ketika sistem pelayanan publiknya tidak berjalan maksimal," kata Yayat. 

"Jakarta gagal transformasi menuju kota yang modern dan efisien. Jakarta gagal membangun infrastruktur yang mendukung kebutuhan masyarakatnya yang terus bertambah," imbuhnya. 

Meski masih jauh dari sempurna, penduduk Jakarta tetap memanjatkan harapan untuk kota mereka. 

"Buat Jakarta, buat Pak Ahok [Plt Gubernur DKI Jakarta] juga, malu sama umur dong masa udah uzur ratusan tahun masih begini-begini aja," kata Saras sebelum naik ke Kopaja yang membawanya pulang.

Ah, Jakarta... Semoga kelak Ibu Kota Indonesia bisa lebih bijaksana seiring bertambahnya usia.