Mari menimpali, penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa adalah pasar lokal yang tidak main-main. ”Ini adalah potensi yang tidak dimiliki Singapura ataupun Malaysia. Jika digarap serius, wisatawan Nusantara adalah pasar yang amat potensial. Terbukti bahwa perputaran uang dari aktivitas wisatawan Nusantara ini juga amat besar,” katanya.
Demikian juga di Pasar Klewer, hampir 90 persen konsumennya adalah orang lokal.
Efek ganda
Industri kreatif yang jadi pendukung utama terealisasinya sebuah kota kreatif terbukti jadi sektor informal yang menyediakan lapangan kerja yang banyak dan nyaris tak terbatas. Hal itu terbukti saat Mari mengunjungi pabrik dan Kantor Pusat Batik Keris di kawasan Cemani, Sukoharjo, Jateng.
Pemilik sekaligus Direktur Utama Batik Keris Handianto Tjokrosaputro mengatakan, industri yang dirintis sejak masa kakeknya pada 1920-an itu kini telah memiliki 118 gerai di seluruh Indonesia, termasuk toko dan Keris Gallery.
Ada sekitar 3.000 karyawan yang bekerja di Batik Keris. Bisnis ini mengandalkan 431 industri kecil dan menengah yang tersebar di sekitar Solo, Yogyakarta, Madura, Pekalongan, Jepara, Bandung, Bali, dan Lombok. Jika tiap satu industri kecil punya sedikitnya lima karyawan, sudah lebih dari 2.000 orang turut bekerja dan berbagi rezeki hanya di Batik Keris.
Padahal, di Solo ada banyak industri batik besar, kelas menengah, dan kecil. Multiplier effect ini yang bisa membangkitkan ekonomi kota dan kehidupan masyarakatnya.
Kusumaningdyah Nurul Handayani, dosen Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret dan juga aktif di Solo Creative City Network, mengingatkan, semua bidang ilmu dan seni juga sumber daya alam bisa dikelola menjadi industri kreatif. Jadi tidak terbatas pada hal yang terkait dengan batik saja.